Analisis Respons Spektrum Struktur Gedung T dan L

Analisis Respons Spektrum Struktur Gedung T dan L

Indonesia adalah Negara dengan tingkat kegempaan yang sangat tinggi karena diapit oleh lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, hal ini menyebabkan tantangan sendiri bagi para ahli struktur dalam merancang suatu bangunan gedung yang tahan terhadap gempa.

Analisis Respons Spektrum Struktur Gedung T dan L
Picture by Ivan Cujic. On https://www.pexels.com/photo/sky-architecture-building-modern-109479/ ✓ Free for personal and commercial use ✓ No attribution required

Pada proses perancangan beban gempa dapat dilakukan dengan berbagai analisis mulai dari statik ekivalen dan analisis dinamik respon spektrum. Tulisan ini bertujuan untuk meninjau struktur gedung menggunakan analisis dinamik respon spektrum struktur yang mengacu pada SNI 03-1726-2012.

Pembebanan yang di input yaitu beban mati, beban hidup dan beban gempa. Bangunan gedung yang ditinjau dalam tulisan ini yaitu gedung bentuk gedung L dan T dengan inersia yang sama terhadap sumbu arah x. Masing-masing struktur berlantai 3 dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).

Kedua bentuk gedung tersebut akan dianalisis menggunakan respon spektra desain kota Jakarta Pusat dan diasumsikan sebagai tanah lunak. Untuk mempercepat proses perhitungan analisis ini menggunakan bantuan software Etabs versi 9.6.

Analisis respon struktur yang ditinjau adalah waktu getar, perpindahan (displacement), rasio simpangan antar lantai (storydrift), momen lentur (bendingmomen) balok dan kolom serta torsi (Torsion) dari kedua bangunan gedung bentuk L dan T.

Dari hasil analisis kedua bentuk gedung didapatkan data data sebagai berikut:

Gedung bentuk L mempunyai waktu getar lebih kecil daripada gedung bentuk T,
Perpindahan (displacement) gedung bentuk T lebih kecil daripada gedung bentuk L,
Simpangan antar lantai (storydrift) gedung bentuk T lebih kecil dari pada gedung bentuk L,
Momen bentuk gedung T,
Momen maksimum gedung bentuk L lebih kecil daripada gedung bentuk T,
Serta torsi rata rata gedung bentuk T lebih kecil daripada gedung bentuk L.

Penulis: Rizwan Komarudin1, Heri Khoeri2, Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

Untuk Membaca kesuluruhan artikel Analisis Respons Spektrum Struktur Gedung T dan L ini secara utuh, anda dapat mengunduhnya dalam file PDF berikut : PAPER ANALISIS PEMODELAN BENTUK GEDUNG T DAN L

Untuk informasi tentang Jasa Pengujian, Audit, Analisis dan Desain Struktur (gedung, dermaga, jembatan, bendungan dan lainnya) silahkan hubungi:

PT Hesa Laras Cemerlang

Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531

Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

Tinggalkan Pesan

    Uji Kuat Tekan Sample Beton Hasil Core Drill

    Uji Kuat Tekan Sample Beton Hasil Core Drill

    Pengujian kuat tekan dari sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal dengan pengujian “Beton Inti” (SNI 03-3403-1994). Alat uji yang digunakan adalah mesin tekan dengan kapasitas dari 2000 kN sampai dengan 3000 kN. Pemberian beban uji harus dilakukan bertahap dengan penambahan beban uji yang konstan berkisar antara 0,2 N/mm^2 sampai 0,4 N/mm^2 per detik hingga benda uji hancur.Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya, benda uji silinder beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering. Bila beton yang diambil berada dalam kondisi sangat basah selama masa layannya, maka silinder harus direndam dahulu minimal 40 jam dan diuji dalam kondisi basah.

    Ilustrasi pengujian, sebagai berikut seperti slide berikut:

    Pengujian kuat tekan dari sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal dengan pengujian “Beton Inti” (SNI 03-3403-1994). Alat uji yang digunakan adalah mesin tekan dengan kapasitas dari 2000 kN sampai dengan 3000 kN. Pemberian beban uji harus dilakukan bertahap dengan penambahan beban uji yang konstan berkisar antara 0,2 N/mm^2 sampai 0,4 N/mm^2 per detik hingga benda uji hancur.

    Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya, benda uji silinder beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering. Bila beton yang diambil berada dalam kondisi sangat basah selama masa layannya, maka silinder harus direndam dahulu minimal 40 jam dan diuji dalam kondisi basah.

    Ilustrasi pengujian, sebagai berikut seperti slide berikut:

    Selanjutnya Kuat tekan beton dengan dengan ketelitian 0.95 MPa dapat dihitung sebagai berikut:

    Sedangkan kuat tekan beton dengan ketelitian sampai dengan 0.5 MPa dapat dihitung dengan:

    (SNI 03-3403-1994)

    Dimana:

    Co adalah faktor pengali yang berhubungan dengan arah pengambilan benda uji beton inti pada struktur beton, dimana Co adalah sebagai berikut:

    • Horisontal (tegak lurus pada arah tinggi dari struktur beton) = 1
    • Vertikal (sejajar dengan arah tinggi dari struktur beton) =0.92

    C1 adalah faktor pengali yang berhubungan dengan rasio panjang sesudah diberi lapisan untuk kaping (L’) dengan diameter D  dari benda uji, seperti yang diberikan pada table berikut:

    C2 adalah faktor pengali karena adanya kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti yang letaknya tegak lurus terhadap sumbu benda uji dapat dihitung dengan rumus:

    Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh dapat dinyatakan tidak membahayakan jika kuat tekan 3 silinder beton (minimum 3 silinder beton) yang diambil dari daerah beton tersebut memenuhi 2 (dua) persyaratan sebagai berikut:

    1. Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’
    2. Kuat tekan masing-masing silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’.

    Untuk informasi tentang Uji Kuat Tekan Sample Beton Hasil Core Drill berikut detail layanan Jasa NDT yang kami berikan, silahkan hubungi:

    PT Hesa Laras Cemerlang

    Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
    Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
    Email: kontak@hesa.co.id
    Telp: (021) 8404531

    Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

    Tinggalkan Pesan





    Analisis Struktur

    Analisis Struktur

    Analisis struktur adalah proses menghitung dan menentukan efek akibat beban yang bekerja pada struktur (bangunan, jembatan, dermaga atau objek lainnya) yang menimbulkan reaksi berupa gaya dalam (internal forces) pada struktur.

    Tujuan Analisa Struktur

    Analisis struktur sangat penting untuk memastikan bagaimana alur, distribusi dan dampak beban terhadap struktur yang ditinjau. Selain beban yang mempengaruhi perilaku struktur adalah bahan yang digunakan dan geometri (sistem) struktur. Dengan melakukan analisis struktur maka dapat diketahui bagaimana perilaku struktur dan tingkat keamanannya saat dikenai beban yang diperkirakan akan bekerja.

    Analisis Struktur dapat dilakukan selama tahapan desain, pada saat pengujian maupun pasca konstruksi.

    Gambar 1 Ilustrasi Struktur, Pembebanan dan Gaya Dalam

    Saat ini hampir semua analisis struktur dilakukan dengan menggunakan model matematika yang mengacu pada kaidah-kaidah mekanika, di mana model bisa elastis atau inelastis, linear atau non-linear, gaya dapat statis atau dinamis, dan model struktur mungkin bisa satu dimensi, dua dimensi atau tiga dimensi.

    Analisis dan pemodelan juga harus mengacu pada peraturan standar yang berlaku. Namun dalam beberapa proyek yang strategis, seperti misalnya jembatan cable stayed bentang panjang, selain analisis struktur menggunakan model matematis, juga dilakukan pembuatan model skalatis untuk memverifikasi apakah analisis perhitungan dengan model matematis sesuai dengan perilaku struktur yang sebenarnya.

    Faktor Penting Analisis Struktur

    Hal-hal  yang harus diketahui dalam pengerjaan analisis struktur:

    Sifat Material Struktur

    Untuk melakukan analisis struktural yang akurat, data lengkap mengenai sifat material yang digunakan sangat penting.

    Data tersebut meliputi berat jenis, kuat tarik, kuat tekan, modulus elastisitas, poison ratio dan lainnya, dimana data-data sifat material tersebut diperoleh melalui pengujian. Vendor penyedia beton ataupun baja saat ini sudah menyertakan data sheet sifat material yang ditawarkan.

    Image result for properti material
    Tabel contoh property beberapa material

    Selain dari sifat material kekuatan suatu elemen struktur juga tergantung dari dimensi dan bentuk geometrinya. Dan tentunya material yang digunakan harus sesuai dengan standar peraturan yang berlaku. Beberapa peraturan berikut mengatur ketentuan penggunaan baja dan beton dalam perancangan struktur antara lain:

    • SNI 2847-2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung,
    • SNI 2052-2014 Baja tulangan beton
    • SNI 1729-2015 Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.

    Pembebanan

    Salah satu elemen penting lainnya dalam analisis struktur adalah keakuratan estimasi beban yang diperkirakan akan membebani struktur.

    Beban struktur adalah gaya yang bekerja pada bagian struktur, atau pada sistem struktur, yang dengan analisis struktur dapat dihitung bagaimana alur dan distribusi gaya tersebut pada tiap elemen struktur yang menyebabkan gaya dalam (internal forces) pada elemen-elemen tersebut dan sekaligus menghitung berapa besarnya.

    Dengan mengetahui besarnya beban yang membebani suatu elemen struktur dan diketahui pula kekuatan elemen tersebut, maka dapat diketahui mampu tidaknya suatu elemen menahan beban yang bekerja tersebut.

    Tentunya beban yang melebihi kekuatan elemen struktur akan menyebabkan kegagalan struktur dan kondisi seperti itu yang akan dipertimbangkan selama desain struktur.

    Untuk gedung dan jembatan, beban vertikal utama adalah beban gravitasi, termasuk berat sendiri struktur dan berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, alat atau mesin yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bangunan, yang dikenal sebagai beban mati.

    Beban lainnya yang disebut beban hidup yaitu adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan, bisa berupa beban terpusat, atau beban merata yang terdistribusi ke area yang luas seperti lantai. Selain beban gravitasi beban horisontal juga harus diperhitungkan seperti angina, gaya inersia akibat gempa bumi atau tekanan tanah.

    Untuk pembanan dalam analisis struktur tidak boleh lebih kecil dari yang diatur dalam : SNI 1727 – 2013 Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain.

    Sedangkan untuk beban gempa rencana harus memenuhi SNI 1726 – 2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.

    Sistem struktur

    Selain sifat material masing-masing elemen penyusun system struktur, pembebanan yang bekerja pada struktur, tentunya sistem struktur akan mempengaruhi distribusi beban dari mulai lokasi beban sampai akhirnya disalurkan melalui sistemtem struktur sampai ke pondasi dan tanah di bawahnya.

    Berikut ini beberapa sistem struktur pada bangunan gedung:

    • Rangka Kaku (Rigid Frame)
    Sistem Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame)
    • Rangka Kaku dan inti (Rigid Frame and Core)
    • Rangka dengan Pengaku (Braced Frame)
    • Dinding Pendukung Sejajar (Parallel Bearing Wall)
    • Inti dan Dinding Pendukung Fasade (Core and Fasade Bearing Wall)
    • Box Berdiri Sendiri (Self Support Box)
    • Pelat Rata (Flat Slab)
    • Pelat Kantilever (Cantilevered Slab)
    analisis struktur
    • Interspasial (Interspatial)
    • Gantung (Suspension)
    analisis struktur
    • Rangka Selang Seling (Staggered Truss)
    • Kumpulan Tabung (Bundled Tube)
    • Tabung dalam Tabung (Tube in Tube)

    Seperti halnya pada gedung, struktur jembatan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa jenis. Diantaranya:

    • Berdasarkan jenis material dari elemen penyusunnya, contoh: jembatan baja, jembatan beton, jembatan komposit, jembatan pre-stress,
    • Berdasarkan bentuk dan geometri strukturnya, contoh : Jembatan Rangka, Jembatan box girder, Jembatan I girder, Jembatan balok T, Jembatan Pelat, gorong-gorong, box culvert,
    • Berdasarkan bagaimana jembatan tersebut mentransfer beban dari lantai jembatan ke pondasi, contoh: Jembatan Cable Stayed, Jembatan Suspension, Jembatan Pelengkung.

    Begitupun pada Struktur lain seperti bendungan, dermaga, terowongan dan lainnya.

    Pemahaman terhadap sifat material, pembebanan dan system struktur sangat penting dalam pemodelan dan analisis struktur, untuk menghasilkan output analisis yang dapat merepresentasikan kondisi yang mendekati kondisi aktualnya.

    Cara Melakukan Analisis Struktur

    Metode yang digunakan dalam melakukan analisis struktur, tergantung pada tingkat akurasi yang dibutuhkan. Secara sederhana dapat dipilah menjadi:

    Perhitungan Tangan

    Perhitungan tangan sederhana adalah cara perhitungan manual yang sangat cepat dan mudah untuk mengevaluasi efek kekuatan sederhana pada struktur sederhana. Seperti menghitung momen lentur, geser pada balok horizontal sederhana struktur statis tertentu (simple beam) ataupun balok menerus struktur statis tak tentu (continuous beam).

    Analisis Elemen Hingga/ Finite Element Analysis

    Finite Element Analysis (FEA) adalah metode numerik kompleks yang digunakan untuk menyelesaikan masalah rumit yang berisi sejumlah input variabel seperti kondisi batas, aplikasi beban, dan jenis tumpuan.

    Ini adalah metode yang jauh lebih rumit, namun akurat untuk menjalankan analisis struktur dibandingkan dengan perhitungan tangan. FEA mensyaratkan bahwa struktur dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (atau elemen) yang dapat dievaluasi secara individual untuk perkiraan solusi yang lebih akurat.

    Untuk kasus struktur yang sederhana FEA masih dapat dihitung secara manual dengan bantuan kalkulator ataupun spreadsheet walaupun akan menghabiskan waktu yang lebih lama, namun untuk struktur yang besar dan kompleks model FEA bisa terdiri dari ribuan entri matriks sehingga sangat tidak mungkin untuk dievaluasi oleh perhitungan manusia.

    Saat ini FEA masih merupakan metode analisis struktural yang sangat kuat dan akurat sehingga menjadi dasar dari sebagian besar Perangkat Lunak Analisis Struktur.

    Software Analisis Struktur

    Ada sejumlah besar Perangkat Lunak Analisis Struktural yang dapat melakukan perhitungan FEA akurat tanpa kesulitan harus secara manual mengatur proses yang kompleks, seperti ETABS, SAP2000, MIDAS, STAADPro, ABAQUS, SAFE, Tekla Structural Designer, S-FRAME ANALYSIS dan lainnya.

    Software-software tersebut bertujuan untuk membantu mempermudah penganalisis untuk :

    1. Pemodelan material struktur, geometri struktur, pembebanan struktur dan batasan-batasan lain yang ditentukan oleh engineer,
    2. Melakukan perhitungan dan analysis gaya-gaya dalam pada elemen-elemen struktur akibat beban dan kombinasi beban yang bekerja dan
    3. Membantu pengecekan kekuatan elemen pada tahap disain.

    PT. HESA LARAS CEMERLANG MENGGUNAKAN SOFTWARE ANALISIS DAN DISAIN STRUKTUR YANG HANDAL DAN BERLISENSI

    Salah satu resiko penggunaan software bajakan adalah ketidaksempurnaan modul yang mengakibatkan output hitungan tidak akurat, dan ini sangat berbahaya jika hasilnya under design, dan akan merugikan pengguna jasa jika hasilnya over design.

    Menurut pernyataan resmi beberapa supplier software engineering, software bajakan memberikan hasil kalkulasi yang berbeda dengan software original, dan ini sangat berbahaya jika kesalahan ini dilanjutkan kedalam tahap konstruksi.

    Jadi penting untuk para pengguna jasa, untuk memastikan bahwa konsultan engineeringnya menggunakan software berlisensi bukan abal-abal.

    PT Hesa Laras Cemerlang menggunakan software SAP2000 dan Midas Gen yang berlisensi resmi dan sudah terbukti handal dalam membantu melakukan analisis dan disain struktur.

    Software Analisis Struktur SAP 2000
    Software Analisis Struktur Bawah Midas Gen

    Jasa Analisis Struktur

    Apabila anda membutuhkan jasa rekayasa engineering khususnya berkaitan dengan analisis struktur, silahkan komunikasikan kebutuhan anda dengan marketing kami, yang dapat dihubungi melalui:

    PT Hesa Laras Cemerlang

    Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
    Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
    Email: kontak@hesa.co.id
    Telp: (021) 8404531
    Mobile : 0812 9144 2210
    Whatsapp Bussiness : 0811 888 9409 or follow this link : https://linktr.ee/hesa.lc

    Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

    Tinggalkan Pesan

      Pengambilan Sample Beton dengan Core Drill

      Pengambilan Sample Beton dengan Core Drill

      Pengambilan sampel beton dengan metode Core Drill atau coring beton adalah suatu proses mendapatkan sampel beton berbentuk silinder yang selanjutnya sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji kuat tekan beton (concrete compresion test).

      Alat Core Drill

      Core Drill merupakan bor berbentuk silinder yang digunakan untuk membuat lobang di permukaan, terbuat dari logam dan pada ujung bor biasanya dilapisi dengan berlian atau karbida.

      Sebuah Cor Drill terdiri atas motor, pegangan dan mata bor. Perbedaan core drill dengan alat pemotong semen lainnya adalah core drill dapat membuat ekstrak sampel dari material yang diambil. Pada bagian tengah bor coring dapat membuat semacam ukiran berbentuk silinder dari media material yang dibor.

      Sampel beton yang diambil melalui proses core drilling inilah yang disebut dengan sampel beton inti.

      Core Drill
      Core drill yang dilakukan pada struktur beton

      Alat core drill yang umum digunakan dalam proses coring beton:

      http://hesa.co.id//images/alat%20core%20drill.jpg

      Sampel Beton Hasil Core Drilling

      Sampel core drill

      Video contoh pengambilan sample beton dengan core drill, langkah demi langkahnya dapat anda saksikan pada tayangan dibawah ini:

      Syarat Pengambilan Sampel Beton dengan Core Drill

      Hal-hal yang patut diperhatikan dalam pengambilan sample beton adalah sebagai berikut:

      1. Umur beton minimal 14 hari.
      2. Pengambilan contoh silinder beton dilakukan di daerah yang kuat tekannya diragukan, biasanya berdasarkan data hasil uji contoh beton dari masing-masing bagian struktur, atau dari hasil NDT (Non Destructive Testing) dengan concrete hammer ataupun UPVT (Ultrasonic Pulse Velocity Test). Dari satu daerah beton diambil satu titik pengambilan contoh. Pengambilan contoh pada bangunan sudah lama berdiri, maka biasanya core drill dilakukan pada bagian-bagian elemen struktur beton yang ingin diketahui kuat tekannya
      3. Dari satu pengambilan contoh diambil 3 titik pengeboran. Pengeboran harus ditempat yang tidak membahayakan struktur, misalnya jangan dekat sambungan tulangan, momen maksimum, dan tulangan utama.
      4. Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga, adanya serpihan/agregat kasar yang lepas, tulangan besi yang lepas dan ketidakteraturan dimensi, tidak boleh digunakan untuk
      5. Diameter benda uji untuk uji kuat tekan tidak boleh kurang dari 90 mm;
      6. Rasio tinggi sample (L) dengan diameter (D) lebih besar atau sama dengan 0,95 , dimana L = panjang dan D =diameter benda uji;
      7. Pengeboran harus tegak lurus dengan permukaan beton.
      8. Lubang bekas pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal sama.
      9. Apabila ada kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti, letaknya harus tegak lurus terhadap  sumbu benda uji;
      10. Jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti tidak boleh lebih dari 2 batang;
      11. Apabila jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti lebih dari 2 batang, benda uji harus dikerjakan dengan gergaji beton dan gerinda, sehingga memenuhi ketentuan dan bila tidak terpenuhi, benda uji tersebut tidak boleh digunakan untuk uji kuat tekan

      Benda uji beton inti sesudah kaping yaitu harus memenuhi ketentuan 2,00 ≥ L/D ≥ 1,00 dimana tebal lapisan untuk kaping tidak boleh melebihi 10 mm.

      Standar metode pengambilan dan pengujian beton inti sesuai standar SNI 03-2492-2002 bisa anda dapatkan disini:

      SNI 03-2492-2002 Metode pengambilan dan pengujian beton inti

      Untuk Informasi biaya Jasa  Core Drill atau jasa pengujian beton lainnya, silahkan mengubungi kami

      PT Hesa Laras Cemerlang

      Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
      Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
      Email: kontak@hesa.co.id
      Telp: 08118889409
      Whatsapp Bussines :  0811 888 9409

      Untuk langsung berbicara dengan CS kami, silahkan klik logo whatsapp di bagian paling bawah halaman ini

      Contact

      Company Profile

      Media Sosial

      Kelayakan Teknis Bangunan

      Kelayakan Teknis Bangunan

      Setiap struktur bangunan gedung harus dalam kondisi yang baik dan memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak baik dari segi mutu (keamanan bangunan), kenyamanan, sehingga dapat melayani kebutuhan sesuai dengan fungsinya.

      Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu gedung adalah:

        • Cuaca, iklim dan lingkungan
        • Vibrasi akibat beban yang bekerja atau penambahan beban
        • Kondisi tanah
        • Adanya Bencana alam, misalnya: Gempa Bumi, Banjir, Tanah Longsor, dll
        • Faktor mutu bahan dan mutu struktur
        • Kualitas pemeliharaan Gedung

      Untuk mengetahui kondisi aktual struktur diperlukan serangkaian investigasi, mulai dari investigasi visual, pengujian sampai dengan analisis struktur. 

      Berikut tahapan yang dijalankan dalam proses penilaian kelayakan gedung atau bangunan lainnya:

      1. Pengamatan Visual

      Pengamatan Visual dalam Kelayakan Teknis Bangunan

      2. Pengujian

      Metode pengujian struktur bangunan dapat dilakukan berdasarkan:
      – pendekatan destruktif (Destructive Test)
      – pendekatan non-destruktif (Non-Destructive Test)

      Ditinjau dari faktor-faktor keamanan, ekonomis, kemudahan pelaksanaan dan keandalan, metode pengujian Non Destructive Test (NDT) menjadi pilihan yang lebih menguntungkan. Dengan metode Non Destructive Test struktur tidak perlu dirusak untuk keperluan pengujian.

      Pengujian Non Destructive Test (NDT) dilakukan dengan kaidah-kaidah teknik yang bisa mengakomodasi kondisi struktur gedung. Dengan melakukan pengujian NDT ini, jika kondisi struktur/ bangunan masih dalam keadaan baik, maka masih dapat difungsikan tanpa harus melakukan perbaikan akibat dilakukannya tes (tidak seperti jika dilakukan dengan destructive test).

      Pengujian nondestructive test yang dapat dilakukan untuk audit struktur diantaranya:

      Tujuannya Untuk Memperkirakan mutu beton. Hammer Test cukup praktis dan murah

      Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPVT) untuk mengidentifikasi mutu integritas beton dengan pendekatan rambatan gelombang ultrasonic

      3. Covermeter Test

      Nondestructive Test Dermaga Ereke Buton, 2015 1

      Disebut juga dengan Rebar Scanning. Tujuannya untuk mengidentikasi tebal selimut beton dan visualisasi tulangan dalam beton

      Adalah proses pemeriksaan beton untuk mengetahui kondisi dan integritas beton dengan alat Pulse Echo yang bisa memvisualisasikan kondisi 3D didalam struktur beton

      Untuk mendeteksi celah di dalam struktur dan ketebalan suatu lapisan struktur. Ini bisa diterapkan pada lapisan struktur perkerasan, lantai jembatan, pelat lantai gedung dan lainnya

      Adalah untuk menentukan kekerasan suatu material serta daya tahan material tersebut

      Core Drill adalah mengambil sampel beton dengan cara pengeboran, untuk diuji di laboratorium guna mengetahui kuat tekan beton

      Atau biasa disebut juga dengan Uji Korosi. Yaitu metode untuk mengetahui tingkat korosi besi tulangan yang berada di dalam beton

      Menguji tingkat karbonasi pada beton struktur sehingga bisa diketahui umur bangunan tersebut

      Pengukuran, dengan menggunakan Total Station, untuk mengetahui tingkat presisi ketegakan struktur bangunan

      Selain ditinjau dari aspek struktur penyelidikan kelayakan juga akan mengidentifikasi utilitas, estetika, serta kondisi sosial dan lingkungan sekitar bangunan, apakah masih mendukung terhadap keberadaan dan fungsi bangunan.

      Berdasarkan data hasil pengujian dibuatlah model struktur dengan bantuan software analisis struktur seperti SAP2000, ETABS, STAADpro ataupun MIDAS GEN.

      Dari hasil analisis struktur ini akan diketahui apakah kinerja struktur mampu menahan beban-beban yang bekerja sesuai dengan fungsi bangunan. Jika Kinerja (Kapasitas Struktur) melebihi Beban yang bekerja (dengan faktor keamanan tertentu), maka bangunan dikatakan LAYAK FUNGSI.

      Jika tidak maka di desain perkuatan yang diperlukan, LAYAK FUNGSI DENGAN SYARAT misalnya dilakukan perkuatan.

      Namun jika tidak dimungkinkan dilakukan perkuatan, maka struktur bangunan dikatagorikan TIDAK LAYAK FUNGSI dan harus dirobohkan.

      PORTFOLIO

      Sebagai Konsultan Non Destructive Test NDT kami sudah dipercaya untuk melakukan Audit Struktur di banyak gedung, jembatan dan bangunan lainnya di Indonesia. Berikut ini beberapa proyek audit struktur yang kami kerjakan :

      Solusi dalam penilaian kelayakan bangunan, investigasi dan audit struktur: hubungi Konsultan Non Destructive Test dan Analisa Struktur Terbaik dan terpercaya :

      PT Hesa Laras Cemerlang

      Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
      Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
      Email: kontak@hesa.co.id
      Telp: (021) 8404531
      Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 

      Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

      Tinggalkan Pesan

        Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung

        Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung

        Sertifikat Laik Fungsi bangunan atau SLF adalah sertifikat yang diberikan oleh Pemerintah Daerah terhadap bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan fungsi berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan.

        Tujuan Diterbitkannya Sertifikat Laik Fungsi Bangunan

        Fungsi dan tujuan diterbitkannya Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung adalah:

        1. SLF merupakan persyaratan untuk dapat dilakukannya pemanfaatan bangunan gedung.
        2. SLF diberikan kepada bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan memenuhi persyaratan keandalan bangunan gedung serta sesuai dengan izin yang diberikan

        Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung berdasarkan kesesuaian IMB yang telah diberikan, mencakup:

        • kesesuaian fungsi;
        • persyaratan tata bangunan;
        • keselamatan;
        • kesehatan;
        • kenyamanan; dan
        • kemudahan dalam perawatan dan pemeliharaan.

        Bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan kelaikan fungsi dan fungsi penggunaannya sesuai dengan IMB, diberikan SLF. SLF diterbitkan dengan masa berlaku 5 Tahun untuk bangunan umum dan 10 Tahun untuk bangunan rumah tinggal.

        Pemeriksaan secara berkala bangunan gedung harus dilakukan oleh pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung dan dapat menggunakan penyedia jasa pengkajian teknis bangunan gedung yang memiliki sertifikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

        Sebelum masa berlaku SLF habis, maka harus diajukan kembali permohonan perpanjangan SLF, dengan dilengkapi laporan hasil pengkajian bangunan gedung (yang harus dibuat oleh pengkaji yang memiliki Izin Pelaku Teknis Bangunan/ IPTB).

        Pemeriksaan secara berkala bangunan gedung harus dilakukan untuk seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana dalam rangka pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, guna memperoleh perpanjangan SLF.

        KELENGKAPAN PERSYARATAN SLF (setelah Proses Pembangunan Bangunan Gedung selesai)

        1. Berita acara telah selesainya pelaksanaan bangunan dan sesuai IMB.

        2. Laporan Direksi Pengawas lengkap (1 set) yang terdiri dari :

        a.Fotokopi Surat Penunjukan Pemborong dan Direksi Pengawas berikut Koordinator Direksi Pengawasnya ;
        b.Fotokopi TDR/SIUJK Pemborong dan surat izin bekerja/SIPTB Direksi Pengawas ;
        c.Laporan lengkap Direksi Pengawas sesuai tahapan kegiatan ;
        d.Surat Pernyataan dari Koordinator Direksi Pengawas bahwa bangunan telah selesai dilaksanakan dan sesuai IMB.

        3. Fotocopy IMB (1 set) yang terdiri dari :

        a.Surat Keputusan IMB ;
        b.Keterangan dan Peta Rencana Kota lampiran IMB ;
        c.Gambar arsitektur lampiran IMB.

        4. Untuk bangunan tinggi, selain dilengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 s/d 3, harus dilengkapi juga dengan Rekomendasi dan Berita Acara dari Instansi terkait tentang hasil uji coba instalasi dan perlengkapan bangunan, yang meliputi :

        a. Instalasi Listrik Arus Kuat dan Pembangkit Listrik Cadangan/ Genset,
        b. Instalasi Kebakaran (system alarm, instalasi pemadaman api, hydran, dsb.)
        c. Instalasi Transportasi Dalam Gedung (Lift), Instalasi Tata Udara dalam Gedung (AC)
        d. Instalasi Air Bersih (+Sumur Dalam) dan Buangan Air Kotor.

        5. Foto:

        a. Bangunan
        b. Perkuatan utk keamanan bangunan
        c. Foto Sumur Resapan Air Hujan disertai gambar SRAH, ukuran dan perhitungan kebutuhan dan pelaksanaannya.

        TATACARA/ PROSES SLF untuk Bangunan Gedung Non Rumah Tinggal s/d 8 lantai.

        1. Pengajuan SLF dapat dilakukan setelah proses pembangunan bangunan gedung selesai dilengkapi kelengkapan data sesuai persyaratan yang disampaikan diatas.
        2. Berkas selanjutnya diajukan ke Suku Dinas Perizinan Bangunan wilayah Kota Administrasi setempat.
        3. Setelah lengkap Suku Dinas akan mengirimkan berkas ke Suku dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan untuk pemeriksaan lapangan dan membuat laporan serta rekomendasi kepada Suku Dinas Perizinan Bangunan untuk penerbitan SLF.
        4. Proses penerbitan SLF.
        5. Akan dikirim pemberitahuan kepada Pemilik untuk pengambilan SLF, setelah SLF diterbitkan
        6. Pemilik atau kuasanya dapat mengambil SLF di Loket Pelayanan Suku Dinas Perizinan Kota Administrasi setempat.

        CHECK LIST KELENGKAPAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)CHECK LIST KELENGKAPAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
        CONTOH SURAT PENGANTAR DAN ROUTING SLIPCONTOH SURAT PENGANTAR DAN ROUTING SLIP

        Untuk konsultasi tentang tata cara mengurus SLF, anda bisa menghubungi kami melalui :

        PT Hesa Laras Cemerlang

        Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
        Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
        Email: kontak@hesa.co.id
        Telp: (021) 8404531
        Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

        Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

        Tinggalkan Pesan

          Uji Kedalaman Daya Dukung dan Integritas Tiang menggunakan Seismic Shock Test

          Uji Kedalaman Daya Dukung dan Integritas Tiang menggunakan Seismic Shock Test

          Pekerjaan uji kedalaman daya dukung dan integritas tiang biasanya dibutuhkan ketika ada case tertentu menyangkut integritas tiang pancang, maka diperlukan pengujian semacam Seismic Shock Test (SST) ini guna dapat memperkirakan kedalaman, daya dukung dan integritas pondasi sehingga hasilnya pemilik (stake holder) dapat melakukan langkah selanjutnya atas tiang pancang tersebut

          Pile Test Dengan SST

          Modified Shock Test atau Seismic Shock Test menggunakan uji seismic dengan ketukan palu sebagai gaya dan tranducer sebagai pengambil (pembaca) data getaran yang terjadi menggunakan aplikasi digital filtering techniques yaitu suatu metode mekanis yang diakui keakuratannya yang dihubungkan terhadap frekuensi yang dihasilkan.

          Cara pengujian SST ini memiliki dua aplikasi utama, yaitu :

          • Analisis integritas pile yang sudah tertanam, baik bore pile maupun tiang pancang, sekaligus memprediksi perilaku penurunan tiang akibat beban yang bekerja.
          • Analisis gelombang kejut yang ditimbulkan selama proses pemancangan tiang.

          Interpretasi Data

          Dengan menggunakan konsep-konsep yang dikembangkan oleh Davis & Dunn, 1974, dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
          Kekakuan tiang berbanding lurus dengan kebalikan kemiringan pada bagian awal (inverse slope of the initial part) dari grafik hubungan mechanical admittance dengan frekuensi.

          Contoh grafik seperti pada gambar berikut:


          Hal ini proporsional dengan kuat tekan tiang yang diperoleh dalam uji pembebanan (dengan beban mati) pada tiang yang digambarkan dalam grafik displacement (lendutan) dan beban seperti pada gambar di bawah ini:

          Namun perlu dicatat bahwa hal ini hanya mengindikasikan kinerja tiang ataupun interaksi tanah dan struktur tiang (soil – pile structure interaction) pada kondisi elastis saja dan bukan mengindikasikan kapasitas ultimate tiang.
          Contoh pembacaan seismic trace seperti pada gambar berikut:


          Panjang tiang dan integritas tiang dihitung dengan rumus:

          Setelah kedalaman tiang dapat dihitung, maka daya dukung tiang dapat diperkirakan dari grafik sebelumnya.

          Dokumentasi Seismic Shock Test Modified Shock Test Gedung BII KC Roxy, DKI Jakarta, dok. HESA, 2014):

          uji kedalaman daya dukung dan integritas tiang seismic shock test 5

          Baca juga artikel kami lainnya tentang bagaimana melakukan metode dan teknik dalam pengujian kekuatan beton dengan Schmidt Hammer Test : Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test

          Dokumentasi Seismic Shock Test/ Modified Shock Test pada jetty/ dermaga di Dermaga P. Sebuku, Kalimantan Selatan, dok. HESA, 2014

          Ditulis oleh: Ir. Heri Khooeri, MT

          Informasi lebih lanjut tentang bagaimana Uji Kedalaman Daya Dukung Dan Integritas Tiang Seismic Shock Test, silahkan hubungi

          PT Hesa Laras Cemerlang

          Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
          Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
          Email: kontak@hesa.co.id
          Telp: (021) 8404531
          Whatsapp Bussines : 0812 9144 2210

          Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

          Tinggalkan Pesan

            Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test

            Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test

            Concrete Hammer Test merupakan metode uji beton yang paling populer saat ini. Selain karena aplikasinya yang nisbi mudah, meski pemula sekalipun, juga bentuknya yang portabel serta ringan sehingga  praktis untuk ditenteng dan dibawa oleh personel penguji, juga telah terbukti kehandalannya dalam memperkirakan mutu beton.

            Tentang Hammer Test

            Pengujian beton dengan palu ini memiliki beberapa nama yang umum dikenal banyak orang. Ada yang menyebutnya sebagai Concrete Hammer Test,  Swiss Hammer, Schmidt Hammer atau Rebound Hammers. Yang pasti, ini adalah alat serba guna yang digunakan untuk menilai kualitas beton yang sudah mengeras. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan nama Hammer Test sebagai istilah dalam artikel ini.

            Karena bentuknya yang portabel dan relatif ringan, sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana, menjadi faktor penentu kenapa alat ini begitu populer. Meski begitu, sejarah juga membuktikan bahwa, alat ini telah bertahun-tahun bisa diterima oleh banyak engineer dan ahli struktur, karena kinerja dan hasil pengujiannya bisa diterima dengan baik

            Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test

            Penemu Alat

            Sebagai alat uji beton, hammer test telah ditemukan pada tahun 1954 oleh seorang insinyur ilmu sipil dari Swiss bernama Ernst O. Schmidt. Kemudian alat ini secara komersial dikembangkan oleh pendiri perusahaan Proceq, Antonio Brandestini.
            Dan hingga saat ini, Proceq adalah perusahaan terdepan dalam memproduksi Schmidt Hammer Test serta mengembangkan lebih lanjut teknologinya

            Anda bisa melihat bagaimana perkembangan Schmidt Hammer Test disini : Celebrating 65+ Years of Schmidt Rebound Technology

            Schmidt Hammer Test Pertama kali
            Model Schmidt Hammer Pertama kali: Tahun 1954
            Source: screeningeagledotcom
            Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test
            Model alat rebound hammer yang populer digunakan saat ini

            Kegunaan Hammer Test

            Sesuai Standar Nasional Indonesia SNI ASTM C805:2012 Metode uji angka pantul beton keras arti dan kegunaan dari metode pengujian  tanpa merusak ini adalah:

            1. Dapat digunakan untuk menilai keseragaman beton di lapangan
            2. Dapat digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton
            3. Untuk campuran beton yang diketahui, metode yang digunakan untuk memperoleh permukaan bidang uji (tipe bahan cetakan dan tipe penyelesaian akhir/finishing), dan kedalaman karbonasi.
            4. Pengujian harus dilakukan dengan palu pantul yang sama apabila hendak membandingkan hasil.
            5. Jika digunakan lebih dari satu palu pantul, pengujian dilakukan pada sejumlah permukaan beton tipikal sehingga dapat digunakan untuk menentukan besarnya perbedaan angka pantul..
            6. Metode uji ini tidak dapat digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan beton karena ketidakpastian yang tersirat dalam perkiraan kekuatan

            Prinsip Kerja

            Prinsip kerja Concrete Hammer adalah dengan memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energy yang besarnya tertentu.

            Karena timbul tumbukan antara massa tersebut dengan permukaan beton, massa tersebut akan dipantulkan kembali. Jarak pantulan massa yang terukur memberikan indikasi kekerasan permukaan beton. Kekerasan beton dapat memberikan indikasi kuat tekannya.

            Gambar berikut mengilustrasikan prinsip kerja Concrete Hammer atau Schmidt Hammer:

            http://hesa.co.id//images/blog/hammertest/memperkirakan%20kekuatan%20tekan%20beton%20dengan%20pengujian%20palu%20beton%202.jpg

            Cara Penggunaan Hammer Test

            1. Alat schmidt hammer dipegang dengan kuat dan tegap.
            2. Posisi palu tegak lurus dengan permukaan media yang akan diuji.
            3. Tekan alat secara perlahan menghadap ke arah permukaan meda uju sampai palu menumbuk hulu palu.
            4. Setelah menumbuk, tahan tekanan dan jika perlu kunci hulu pada posisinya, dengan cara menekan tombol pada bagian sisi.
            5. Lihat angka hasil pengujian yang tertera di alat dan catat.
            6. Lakukan 10 titik bacaan pada setiap daerah pengujian dengan jarak masing–masing titik bacaan tidak boleh lebih kecil dari 25 mm.
            7. Selalu cek permukaan media pengujian, jika benturan palu menghancurkan beton, sebab adanya rongga udara didalamnya maka batalkan. Lakukan pengujian pada titik bacaan yang lainnya.

            Yang Harus Diperhatikan dalam Pengujian

            • Karena alat ini hanya membaca kekerasan beton pada lapisan permukaan (+4 cm), sehingga untuk elemen struktur dengan dimensi yang besar, concrete hammer  hanya menjadi indikasi awal bagi mutu dan keragaman mutu.
            • Sebelum memulai pengujian, permukaan beton yang akan diuji harus dibersihkan dan diratakan dengan batu penggosok karena alat ini peka terhadap variasi yang ada di permukaan beton.

            Perhitungan Hammer Test

            Hubungan Empirik dari Nilai Hammer Rebound dengan kuat tekan seperti ditunjukkan pada grafik berikut.

            http://hesa.co.id//images/blog/hammertest/memperkirakan%20kekuatan%20tekan%20beton%20dengan%20pengujian%20palu%20beton%204.jpg

            Pada grafik diatas terlihat beberapa hubungan korelasi antara Nilai Hammer Rebound, yang tergantung dari arah beban impact ke struktur beton, A, B atau C.

            Aplikasi dalam Pengujian Beton

            Berikut adalah beberapa dokumentasi aplikasi uji Schmidt Hammer dengan beberapa arah impact hammer ke beton.

            1. Arah A (0 derajat)

            http://hesa.co.id//images/blog/hammertest/memperkirakan%20kekuatan%20tekan%20beton%20dengan%20pengujian%20palu%20beton%205.jpg

            2. Arah B (-90 derajat)

            Hammer Test 90 Degree

            3. Arah C (90 derajat)

            Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test
            Proses Assement dengan Hammer test di Restauran Sanur Jakarta Pusat

            Form Laporan Hammer Test

            Berikut ini adalah contoh form laporan hasil pengujian lapangan:
            form laporan hammer test

            Harga Jasa Uji Hammer Test

            Penentuan harga jasa adalah ditentukan berdasarkan jumlah titik yang akan diuji.
            Silahkan hubungi Customer Service PT Hesa Laras Cemerlang untuk mendapatkan berapa biaya pengujian ini per tiap titiknya.  Kirimkan pertanyaan anda melalu whatsapp dengan klik tanda whatsapp yang ada dibagian bawah halaman web ini.

            PT Hesa Laras Cemerlang

            Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
            Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
            Email: kontak@hesa.co.id
            Telp: (021) 8404531
            Mobile/Whatsapp : 081291442210

            Uji Pembebanan Loading Test

            Uji Pembebanan Loading Test

            Tujuan uji pembebanan Loading Test adalah untuk mengetahui apakah bagian struktur (yang diuji) masih kuat menahan beban kerja (working load) yang membebaninya atau tidak.
            Uji Pembebanan Loading Test
            Pada saat uji struktur diamati apakah perilakunya masih memenuhi Kriteria peraturan bangunan yang berlaku atau tidak, yang mana pada akhirnya hasil dari uji ini dapat menjadi salah satu indikasi apakah struktur masih aman atau tidak bagi penggunanya. Untuk itu ini akan kami uraikan mengenai Uji Pembebanan Loading Test dalam tulisan singkat berikut ini.

            Bagian struktur yang akan memikul beban uji harus dipertimbangkan/ dilihat apakah kondisinya baik dan kuat. Penambahan beban harus dihentikan ketika terindikasi lendutan yang terjadi melebihi batas ijin dan jika secara visual terlihat keretakan-keretakan yang tidak wajar.

            Adanya pengaman seperti “scaffolding” perlu dipersiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi keruntuhan bagian struktur yang diuji.

            Beban pengujian harus direncanakan sedemikian rupa sehingga merepresentasikan beban rencana (paling tidak mendekati beban rencana). Dan jika diperlukan untuk menghindari terjadinya distribusi beban yang tidak diinginkan maka bagian struktur yang akan diuji sebaiknya diisolasikan dari bagian struktur yang ada di sekitarnya.

            Beban yang paling mudah adalah dengan menggunakan air yang diletakkan diatas bak plastik, yang kemudian beban yang diinginkan diberikan secara bertahap dengan menambahkan air ke dalam bak tersebut.

            Berat jenis air = 1000 kg/m kubik, sehingga setiap penambahan 1 cm pada satu area adalah sama dengan penambahan beban 10 kg/m persegi.

            Pengambilan beban sesuai yang disyaratkan di dalam SNI 03-2847-2002, yaitu sebesar:

            U = 85% x (1,4D+1,7L)

            dimana D adalah beban mati dan L adalah beban hidup.

            Uji beban dilaksanakan dengan 5 tahapan penambahan beban (loading) yang sama yaitu: 20%U, 40%U, 60%U, 80%U dan 100%U atau setara dengan air setinggi Ui% x 0.1 cm.
            uji pembebanan loading test

            Gambar : Proyek Loading Test oleh PT Hesa Laras Cemerlang di Hayam Wuruk Plaza Jakarta

            Pada setiap penambahan beban, besarnya lendutan yang terjadi pada balok diukur.

            Alat yang digunakan adalah Dial Gauge seperti pada gambar berikut:
            uji pembebanan loading test

            Dial gauge digunakan untuk mengukur lendutan secara mekanis yang terjadi pada struktur selama pelaksanaan uji beban statik. Dial gauge ini memiliki ketelitian pembacaan sampai dengan 0,01 mm. Dial gauge diikat pada reference beam yang tidak dapat bergerak selama uji beban statik berlangsung.

            Pengamatan Lendutan yang diukur dengan dial gauge
            Pengamatan Lendutan yang diukur dengan dial gauge

            Pembebanan dengan Air
            Pembebanan dengan Air

            Sedangkan jarum dial gauge menempel pada permukaan struktur. Selanjutnya, lendutan struktur yang terjadi dapat dibaca pada indikator yang tersedia.

            Pada beban uji sebesar 100%U, besarnya lendutan yang terukur pada balok dicatat. Untuk selanjutnya beban didiamkan selama 24 jam, kemudian dilakukan kembali pengukuran lendutan untuk mengetahui besarnya pengaruh beban permanen pada struktur. Setelah beban air didiamkan selama 24 jam, uji beban dilanjutkan kembali.

            Dari hasil pengukuran, setelah beban didiamkan selama 24 jam, besarnya lendutan yang terukur pada balok dicatat pula.
            Setelah 24 jam, selanjutnya dilakukan pengurangan beban (unloading) dengan cara membuang air yang ada pada tempat penampungan. Setelah air kosong, besarnya lendutan akhir yang terukur pada balok struktur juga harus dicatat.

            Contoh pencatatan lendutan selama berlangsungnya uji pada elemen struktur adalah seperti dalam tabel berikut:

            Selama uji beban berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap struktur yang diuji. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi keretakan yang dapat dianggap sebagai indikasi terjadinya kegagalan struktur.

            Persyaratan yang ada di Bab 22 SNI 03-2847-2002, besarnya lendutan maksimum dan lendutan permanen maksimum yang diijinkan adalah :
            Lendutan maksimum : ∆= Lt^2/ (20000.h)

            Lendutan permanen maksimum : ∆r = ∆/4

            Selanjutnya besarnya lendutan maksimun terukur harus kurang dari persyaranan lendutan maksimum dan besarnya ledutan permanen terukur harus kurang dari persyaran lendutan permanen maksimum.

            Jika hal tersebut terpenuhi dapat disimpulkan bahwa elemen struktur memenuhi syarat kekuatan.

            Ditulis oleh: Ir. Heri Khoeri, MT.

            Mau tahu bangunan kita aman atau tidak?

            Informasi lebih lanjut tentang bagaimana detail Uji Pembebanan Loading Test berikut biaya yang dibutuhkan, silahkan hubungi:

            PT Hesa Laras Cemerlang

            Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
            Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
            Email: kontak@hesa.co.id
            Telp: (021) 8404531
            Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

            Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

            Tinggalkan Pesan

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur yang Sudah Terpasang

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur yang Sudah Terpasang

              Salah satu material penyusun struktur adalah: Baja. Baik itu profil baja maupun tulangan rebar di dalam beton. Uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui kuat tarik baja adalah dengan memotong salah satu bagian struktur untuk dilakukan uji tarik di laboratorium.
              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur yang Sudah Terpasang
              Lalu bagaimana Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur yang sudah terpasang tanpa harus memotongnya? Ada beberapa metode yang dapat dilakukan. Diantaranya akan diuraikan berikut ini.

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur

              Pengujian kekerasan dengan metode Brinell bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment). Metoda uji kekerasan diperkenalkan oleh Johan August Brinell pada tahun 1900an ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertamakali dan sudah banyak digunakan dan di susun standarisasinya.

              Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja yang ditekan dengan beban tertentu. Beban diterapkan selama waktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop, setelah beban tersebut dihilangkan. Permukaan logam yang akan diuji harus relatif halus, rata dan bersih dari debu atau karat.

              Angka kekerasan brinell (HB) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik. Selanjutnya Angka Kekerasan Brinell BHN dapat ditentukan dari persamaan berikut:

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 1

              Parameter-parameter dasar pada pengujian Brinell (Dieter, 1987), diilustrasikan dalam gambar berikut:

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 2
              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang

              LEEB HARDNESS

              Dikembangkan pada pertengahan 1970-an, metode Leeb (atau Equotip) diterima secara luas sebagai instrumen portabel pertama untuk mengukur kekerasan komponen logam dalam hitungan detik. Nama “Rebound” nama berasal dari sifat dasar dari tes.

              Metode ‘Rebound” atau pantulan didasarkan pada pengukuran tegangan yang menunjukkan hilangnya energi dari “impact body” setelah menumbuk benda uji. Dalam alat uji yang menggunakan prinsip Rebound, pegas mendorong impact body melalui tabung pengarah sehingga menumbuk benda uji.

              Impact Body menumbuk benda uji tanpa hambatan, magnet yang ada menghasilkan tegangan dalam sistem kumparan yang mengelilingi tabung pengarah impact body. Indentor yang biasanya terbuat dari ”tungsten carbide” atau “diamond ball”, yang terletak di ujung impact body, menumbuk benda uji, menyebabkan impact body memantul dari permukaan benda uji dengan kecepatan yang lebih lambat.

              Lebih lunak benda uji, akan lebih besar bekas lekukan yang terjadi pada benda uji yang menyebabkan kehilangan energy yang lebih besar dan kecepatan pantulan yang lebih lambat, yang pada akhirnya menghasilkan tegangan lebih rendah.

              beberapa alat Hardness Tester seperti pada gambar di bawah ini:

              Alat Brinell Test
              Nilai kekerasan (HL) dihitung dari rasio kecepatan tumbukan dan rebound. Nilai kekerasan (HL) ini kemudian dapat diubah oleh perangkat lunak untuk menampilkan konvensional nilai kekerasan konvensional dalam skala HRC, HV atau HB.

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 4
              Gambar diatas menunjukkan konsep dasar perhitungaan dalam skala Leeb (HL), sedangkan gambar di bawah ini beberapa dokumentasi kegiatan uji kekerasan (Hardness tester).

              KONVERSI ANGKA KEKERASAN HL KE SKALA BRINELL

              Seperti yang dijelaskan diatas skala brinell tetap merupakan skala yang sudah dipakai cukup luas, untuk mengkonversi Angka Kekerasan Leeb (HL) ke brinell (HB) pada logam dapat menggunakan table di bawah ini.

              Atau dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

              HB = 0.436 HL + 514.317

              PERKIRAAN KEKUATAN (TARIK) BAJA DARI ANGKA KEKERASAN BRINELL

              Selenjutnya kuat tarik baja dapat ditentukan dengan menggunakan table berikut ini:

              Tabel Perkiraan Kekuatan Tarikan Baja

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 5

              Atau dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

              HB = 0.436 HL + 514.317

              PERKIRAAN KEKUATAN (TARIK) BAJA DARI ANGKA KEKERASAN BRINELL

              Selenjutnya kuat tarik baja dapat ditentukan dengan menggunakan table berikut ini:

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 6

              Atau dengan menggunakan persamaan berikut:

              Kuat Tarik Baja (MPa) = 3.482 HB –28.772

              PORTOFOLIO

              Berikut ini adalah beberapa portfolio proyek audit struktur yang pernah kami kerjakan, yang salah satu ujinya menggunakan hardness test atau brinell test sebagaimana terlihat pada dokumentasi berikut

              Audit Dermaga Tanjung Buton
              AUDIT STRUKTUR MAIN TOWER CONVEYOR SEBUKU
              Audit Struktur Lantai Mezannin Gedung Mandiri
              Audit Jembatan Barelang Batam
              Previous
              Next

              PT Hesa Laras Cemerlang

              Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
              Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
              Email: kontak@hesa.co.id
              Telp: (021) 8404531
              Whatsapp Bussiness : 0812 9144 2210 atau  0811 888 9409

              Klik tombol whatsapp dibawah ini, untuk berkomunikasi dengan Customer Service kami:

              Brinell Test Uji Kekerasan Material

              Brinell Test Uji Kekerasan Material

              Brinell Test adalah salah satu metode Non-Destructive Test (NDT) yang bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment).

              Uji Kekerasan Material dengan Brinell Test

              Pengujian Brineel Test dilakukan pada profil baja yang telah terpasang dengan menggunakan metode pengujian kekerasan baja, dari nilai kekerasan tersebut dapat di konversi menjadi kuat tarik (fy)

              Metoda uji kekerasan diperkenalkan oleh Johan August Brinell pada tahun 1900 an ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali dan sudah banyak digunakan dan di susun standarisasinya. Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja yang ditekan dengan beban tertentu.

              Beban diterapkan selama waktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop, setelah beban tersebut dihilangkan. Permukaan logam yang akan diuji harus relatif halus, rata dan bersih dari debu atau karat.
              Brinell Test Pengujian Struktur Bangunan Gudang KBN (1)
              Angka kekerasan brinell (HB) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik.

              Selanjutnya Angka Kekerasan Brinell BHN dapat ditentukan dari persamaan berikut:

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 1
              Parameter-parameter dasar pada pengujian Brinell (Dieter, 1987), diilustrasikan dalam gambar berikut:

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 2
              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang

              LEEB HARDNESS

              Dikembangkan pada pertengahan 1970-an, metode Leeb (atau Equotip) diterima secara luas sebagai instrumen portabel pertama untuk mengukur kekerasan komponen logam dalam hitungan detik. Nama “Rebound” nama berasal dari sifat dasar dari tes.

              Metode ‘Rebound” atau pantulan didasarkan pada pengukuran tegangan yang menunjukkan hilangnya energi dari “impact body” setelah menumbuk benda uji. Dalam alat uji yang menggunakan prinsip Rebound, pegas mendorong impact body melalui tabung pengarah sehingga menumbuk benda uji.

              Impact Body menumbuk benda uji tanpa hambatan, magnet yang ada menghasilkan tegangan dalam sistem kumparan yang mengelilingi tabung pengarah impact body. Indentor yang biasanya terbuat dari ”tungsten carbide” atau “diamond ball”, yang terletak di ujung impact body, menumbuk benda uji, menyebabkan impact body memantul dari permukaan benda uji dengan kecepatan yang lebih lambat.

              Lebih lunak benda uji, akan lebih besar bekas lekukan yang terjadi pada benda uji yang menyebabkan kehilangan energy yang lebih besar dan kecepatan pantulan yang lebih lambat, yang pada akhirnya menghasilkan tegangan lebih rendah.

              beberapa alat Hardness Tester seperti pada gambar di bawah ini:

              Alat Brinell Test

              Nilai kekerasan (HL) dihitung dari rasio kecepatan tumbukan dan rebound. Nilai kekerasan (HL) ini kemudian dapat diubah oleh perangkat lunak untuk menampilkan konvensional nilai kekerasan konvensional dalam skala HRC, HV atau HB.

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 4

              Gambar diatas menunjukkan konsep dasar perhitungaan dalam skala Leeb (HL), sedangkan gambar di bawah ini beberapa dokumentasi kegiatan uji kekerasan (Hardness tester).

              Konversi Angka Kekerasan Hl Ke Skala Brinell

              Seperti yang dijelaskan diatas skala brinell tetap merupakan skala yang sudah dipakai cukup luas, untuk mengkonversi Angka Kekerasan Leeb (HL) ke brinell (HB) pada logam dapat menggunakan table di bawah ini.

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 5

              Atau dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

              HB = 0.436 HL + 514.317

              Perkiraan Kekuatan (Tarik) Baja Dari Angka Kekerasan Brinell

              Selenjutnya kuat tarik baja dapat ditentukan dengan menggunakan table berikut ini:

              Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur Yang Sudah Terpasang 6

              Atau dengan menggunakan persamaan berikut:

              Kuat Tarik Baja (MPa) = 3.482 HB –28.772

              Beberapa Pengujian dengan Metode Brinell Test oleh tim PT Hesa Laras Cemerlang di berbagai tempat di Indonesia:

              Untuk kebutuhan Uji Kekerasan Materal dan Uji Baja serta pengujian beton lainnya, silahkan hubungi:

              PT Hesa Laras Cemerlang

              Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
              Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
              Email: kontak@hesa.co.id
              Telp: (021) 8404531
              Whatsapp Bussines:
              081291442210
              08118889409

              Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

              Tinggalkan Pesan

                Uji Karbonasi Beton

                Uji Karbonasi Beton

                Karbonasi beton terjadi ketika karbon dioksida di atmosfer dengan kelembaban tertentu bereaksi dengan mineral semen terhidrasi dan menghasilkan karbonat (misalnya: calcium karbonat).

                Uji Karbonasi
                Proses pelaksanaan uji karbonasi di salah satu gedung di Jakarta

                Proses karbonasi juga disebut depassivation. Karbonasi menembus bagian bawah permukaan beton dengan perlahan. Waktu yang diperlukan untuk karbonasi dapat diperkirakan dari mutu beton.

                Artikel dari konsultan uji tanpa rusak yang terpercaya PT. Hesa Laras Cemerlang ini, akan memberikan gambaran secara sederhana bagaimana proses uji karbonasi dilakukan, yang outputnya bisa dijadikan bahan informasi yang memadai, dalam memperkirakan usia sebuah bangunan yang selanjutnya dapat digunakan dalam beberapa studi lanjutan, diantaranya sebagai studi kelayakan teknis bangunan.

                Perkiraan Umur Bangunan melalui Uji Karbonasi

                Sebelumnya perlu diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk karbonasi bisa diperkirakan dari mutu beton dengan menggunakan persamaan berikut:

                dimana:
                t = waktu proses karbonasi hingga mencapai tulangan beton
                d = selimut beton
                k = permeabilitas

                Hubungan antara Mutu Beton dengan permeabilitas adalah seperti diberikan pada table berikut:

                Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures, International Atomic Energy Agency, Vienna, 2002

                Dimana nilai concrete grade adalah kuat tekan karakteristik beton dalam MPa.

                Perlunya uji tingkat karbonasi adalah untuk mengetahui apakah selimut beton masih melindungi tulangan baja di dalamnya. Proses karbonasi menetralisir kondisi basa dalam beton.

                Jika selimut beton seluruhnya telah terkarbonasi mencapai tulangan baja di dalamnya, maka baja tulangan di dalamnya akan segera terkorosi ketika udara lembab dan oksigen mencapai tulangan.

                Alat dan bahan yang digunakan dalam uji karbonasi sangat sederhana, yaitu:
                – Semprotan (spray) angin
                – Semprotan (spray) yang diisi 1% phenolthaelin (1 gm phenolthaelin dicampur dengan 90 cc ethanol dan tambahkan air bersih hingga mencapai 100 cc)

                Cara kerja uji karbonasi adalah dengan membuat lubang kecil pada beton sampai dengan perkiraan ketebalan selimut beton. Bersihkan lubang dengan semprotan angin dari debu dan kotoran lainnya, kemudian semprotkan cairan 1% phenolthaelin ke dalam lubang tersebut.

                Bagian beton yang masih dalam kondisi baik (masih bersifat basa) akan berwarna pink/ ungu, sedangkan bagian yang sudah terkarbonasi, PH nya sudah menjadi 7 (netral) atau bahkan kurang dari 7 (asam) tidak akan berubah warna. Selanjutnya ukur ketebalan lapisan yang terkarbonasi dari permukaan beton sampai dengan lokasi yang berubah warna.

                Dari kedalaman karbonasi, dapat diketahui umur bangunan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

                dimana:
                x=W/C atau rasio air/semen dapat diambil secara empirik dari mutu beton, dimana mutu beton dapat diketahui dengan uji NDT atau DT (misalnya: Hammer Test, UPVT ataupun core drill dan uji tekan).
                C = kedalaman karbonasi
                R = konstanta yang tergantung dari a (konstanta yang tergantung lingkungan beton) dan b (finishing beton/ coating beton).
                a = 1.7 untuk beton dalam ruangan dan a = 1.0 untuk beton yang berada di outdoor (diambil dari angka yang dikeluarkan oleh: The Japanese Ministry Construction Publications “Engineering for improving the durability of reinforced concrete structure)

                Sedangkan b dapat diambil dari table berikut:

                Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures, International Atomic Energy Agency, Vienna, 2002

                Maka dengan rumus diatas juga dapat diperkirakan kedalaman karbonasi yang akan terjadi pada pda umur bangunan y tahun:

                Sehingga lebih jauh dari kedalaman karbonasi yang diketahui, maka dapat diperkirakan pula sisa umur bangunan. Karena ketika proses karbonasi sudah mencapai tulangan, selanjutnya baja diperkirakan akan mengalami korosi, dari hasil analisis struktur akan diketahui sampai tingkat korosi berapa %, struktur beton masih mampu menahan beban yang bekerja.

                Selanjutnya dari perhitungan laju korosi baja dan hasil analisis struktur akan bisa diperkirakan kapan bangunan ini akan mengalami kegagalan. Dengan diketahuinya hal-hal tersebut tentunya mempermudah pengguna bangunan untuk menentukan sampai kapan bangunannya difungsikan atau kapan akan dilakukan perkuatan/ perbaikan.

                Beberapa hasil uji karbonasi di beberapa struktur beton seperti gambar berikut:

                ditulis oleh: Ir. Heri Khoeri, MT

                PT Hesa Laras Cemerlang

                Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
                Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
                Email: kontak@hesa.co.id
                Telp: (021) 8404531
                Whatsapp Bussiness : 0812 9144 2210 atau  0811 888 9409

                Klik tombol whatsapp dibawah ini, untuk bicara dengan CS kami: