Pengukuran Kemiringan Bangunan

Studi Kasus : Bangunan Rumah Pompa Air Baku  PT. Aetra Air Jakarta – Pulogadung
Oleh: Tika Syahfitrianie 1), Doddy Alexandra 2)

1) Engineer Teknik Geodesi dan Geomatika – PT. Hesa Laras Cemerlang,

2) Surveyor – PT. Hesa Laras Cemerlang

Abstrak


Setiap bangunan gedung dibangun untuk memenuhi atau melayani kebutuhan sesuai dengan fungsi tertentu. Seiring berjalannya waktu, tingkat kelayanan bangunan semakin lama, semakin berkurang. Selain karena faktor waktu, tingkat kelayanan bangunan dapat berkurang akibat faktor alam, seperti gempa bumi dan pergerakan tanah. Sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kelayanan bangunan, maka diperlukan adanya Uji Kelayakan Bangunan. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah pengukuran kemiringan bangunan. Pengukuran kemiringan bangunan bertujuan untuk menentukan apakah nilai kemiringan suatu bangunan masih memenuhi toleransi kemiringan yang diijinkan oleh standar peraturan yang berlaku ataupun tidak. Dengan demikian, berdasarkan hasil pengukuran tersebut kemudian dapat ditentukan tindakan tepat selanjutnya agar bangunan tetap dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya.

Kata kunci: Pengukuran Kemiringan Bangunan, Standar Peraturan, Toleransi.

Abstract

Every building is built to fullfill the needs accordance to the certain functions. Over time, the building service level is decreasing. Besides the factor of time, the building service level can be decreas because the factor of nature, for example earthquakes and soil movement. In an effort to find out the building service level, a building feasibility test is needed. One of the tests carried out is the measurement of the building horizontality and verticality. The building horizontality and verticality measurement aims to determine whether the slope value of a building still meets the slope tolerance permitted by applicable regulatory standards. Therefore, based on the results of these measurements can then be determined the next appropriate action so that the building can still meet the needs in accordance with its function.

Keywords: Building Horizontality and Verticality Measurement, Regulatory Standards, Tolerance.

Pengukuran Kemiringan Bangunan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap bangunan gedung dibangun untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsi tertentu. Terdapat bangunan yang dibangun untuk keperluan perkantoran, tempat tinggal, pabrik, sekolah, ataupun keperluan lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, kemampuan bangunan untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin menurun. Dengan kata lain, tingkat kelayanan bangunan semakin lama, semakin berkurang. Selain karena faktor waktu, tingkat kelayanan bangunan dapat berkurang akibat faktor alam, seperti gempa bumi dan pergerakan tanah.

Sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kelayanan bangunan, maka diperlukan adanya uji kelayakan bangunan. Pengujian tersebut menjamin struktur bangunan gedung dalam kondisi yang baik dan memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak, baik dari segi mutu (keamanan), maupun kenyamanan bangunan, sehingga dapat melayani kebutuhan sesuai dengan fungsinya.

Salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayanan bangunan adalah pengukuran kemiringan bangunan. Pengukuran kemiringan bangunan bertujuan untuk menentukan apakah nilai kemiringan suatu bangunan masih memenuhi toleransi kemiringan yang diijinkan oleh standar peraturan yang berlaku atapun tidak. Dengan demikian, berdasarkan hasil pengukuran tersebut kemudian dapat ditentukan tindakan tepat selanjutnya agar bangunan tetap dapat memenuhi kebutuhan sesuai fungsinya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan artikel ini yaitu :

  1. Peralatan apakah yang digunakan dalam pengukuran kemiringan bangunan?
  2. Bagaimana prinsip dari pengukuran kemiringan bangunan?
  3. Bagaimana uraian metodologi atau langkah-langkah dari pengukuran kemiringan bangunan?
  4. Bagaimana output atau keluaran yang dihasilkan dari pengukuran kemiringan bangunan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penulisan artikel ini adalah memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengukuran kemiringan bangunan yang pernah dilakukan oleh PT. Hesa Laras Cemerlang. Informasi tersebut meliputi peralatan yang digunakan, prinsip kerja, dan uraian metodologi dari pengukuran kemiringan bangunan.

Adapun manfaat dari artikel ini yaitu dapat dihasilkannya informasi mengenai pengukuran kemiringan bangunan yang pernah dilakukan oleh PT. Hesa Laras Cemerlang.

Tabel 1 Standar peraturan mengenai batas toleransi kemiringan struktur II. PEMBAHASAN

2.1 Peralatan yang Digunakan

Kemiringan bangunan gedung dapat diketahui dengan melakukan pengukuran horizontality dan verticality struktur-struktur gedung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Electronic Total Station (ETS) tipe Nikon Nivo 5C nomor C200331 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.

Electronic-Total-Station-ETS-Nikon-Nivo-5C-nomor-C200331
Gambar 1 ETS tipe Nikon Nivo 5C

ETS tipe Nikon Nivo 5C merupakan Reflectorless Total Station yang memungkinkan pengambilan data tanpa menggunakan prisma melainkan melalui pembacaan laser, sehingga memungkinkan pembacaan koordinat objek pada tempat yang tidak dapat dijangkau prisma. Selain itu, data yang dihasilkan dapat lebih akurat dibandingkan penggunaan automatic level karena dengan teknologi reflectorless dapat mengurangi human error dalam pembacaan data.

2.2 Prinsip Kerja

2.2.1 Alur Kerja

Secara umum alur kerja pada pengukuran kemiringan bangunan gedung ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.

Alur-kerja-Pengukuran-kemiringan-bangunan-gedung
Gambar 2 Alur kerja pengukuran kemiringan bangunan gedung

2.2.3 Prinsip Pengukuran

Prinsip umum dari pengukuran kemiringan bangunan gedung menggunakan ETS adalah dengan mengukur koordinat struktur bangunan yang tampak pada keempat sisi bangunan, baik berupa dinding, kolom, balok, maupun plat. Pengukuran kemiringan dilakukan per sisi gedung karena alat ETS hanya dapat menjangkau maksimal dua sisi bangunan pada satu kali berdiri alat (jika tempat bangunan berdiri merupakan lahan terbuka), maka untuk mengukur kedua sisi bangunan lainnya, perlu dilakukan pemindahan alat ke tempat lain. Adapun sistem koordinat yang digunakan pada pengukuran kemiringan bangunan merupakan sistem koordinat lokal, sehingga tidak memerlukan BM (Bench Mark). Hal ini disebabkan posisi bangunan yang dibutuhkan hanya merupakan posisi relatif antar struktur, bukan posisi sebenarnya di permukaan bumi.

Hasil dari pengukuran kemiringan ini berupa koordinat 3D dari struktur yang ditembak, yaitu koordinat X, Y, dan Z. Hasil tersebut kemudian diplot pada perangkat lunak untuk selanjutnya dilakukan pengolahan agar dapat diketahui nilai kemiringannya.

Nilai kemiringan kolom atau dinding dapat diketahui dari perbedaan koordinat X dan koordinat Y antara bagian atas dan bagian bawah kolom dan dinding. Sementara nilai kemiringan balok dapat diketahui dari perbedaan koordinat Z (perbedaan tinggi) antara sisi kanan dan sisi kiri balok. Sedangkan plat yang turun dapat diketahui dari perbedaan koordinat Z (perbedaan tinggi) pada area plat yang sama.

Adapun arah kemiringan setiap struktur bangunan dapat ditentukan berdasarkan sumbu X dan sumbu Y perangkat lunak. Ilustrasi untuk arah kemiringan struktur bangunan secara umum ditunjukkan pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3 Ilustrasi arah kemiringan bangunan
Gambar 3 Ilustrasi arah kemiringan bangunan

2.2.3 Standar Peraturan

Setelah diperoleh nilai kemiringan struktur hasil pengukuran, kemudian pada nilai tersebut dilakukan verifikasi untuk menentukan apakah kemiringan atau lendutan struktur memenuhi batas kemiringan atau lendutan maksimum yang diijinkan. Aturan mengenai batas kemiringan atau lendutan maksimum yang diijinkan terdapat pada SNI 03-1729-2002.

Berdasarkan bab 6, sub bab 6.4.3 pada SNI tersebut, batas kemiringan atau lendutan maksimum yang diijinkan diuraikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Standar peraturan mengenai batas toleransi kemiringan struktur

Tabel 1 Standar peraturan mengenai batas toleransi kemiringan struktur

2.3 Metodologi Pengukuran

Langkah-langkah dalam melakukan pengukuran kemiringan gedung menggunakan ETS diuraikan sebagai berikut :

    1. mendirikan ETS dan melakukan centering alat ;
    2. mendirikan reflektor dan melakukan centering ;
    3. membidik reflektor sebagai backsight, yaitu arah (sudut) acuan untuk pengukuran koordinat titik ;
    4. memasukan koordinat (lokal) tempat beridiri ETS ;
    5. membidik struktur gedung yang tampak pada kedua sisi gedung ;
    6. memindahkan alat ke tempat yang dapat menjangkau kedua sisi gedung lainnya dan melakukan centering ;
    7. memindahkan reflektor ke tempat berdiri ETS sebelumnya dan melakukan centering ;
    8. membidik reflektor sebagai backsight ;
    9. membidik struktur gedung yang tampak pada sisi gedung lainnya ;
    10. mengunduh file hasil pengukuran koordinat ;
    11. melakukan plot hasil ukuran pada perangkat lunak ;
    12. memeriksa koordinat struktur setiap sisi gedung ;
      • Suatu dinding dan kolom dikatakan lurus apabila :

      • Adapun dikatakan miring apabila :

      • Suatu balok dan plat dikatakan lurus apabila :
      • Adapun dikatakan miring apabila :

13. menghitung nilai kemiringan dengan mengukur perbedaan koordinat X dan koordinat Y antara bagian atas dan bagian bawah kolom atau dinding, perbedaan koordinat Z (perbedaan tinggi) antara sisi kanan dan sisi kiri balok, dan perbedaan koordinat Z (perbedaan tinggi) pada area plat yang sama.

2.4 Output yang Dihasilkan

2.4.1 Lokasi Struktur yang Diukur

Lokasi struktur bangunan Rumah Pompa Air Baku PT. Aetra Air Jakarta – Pulogadung yang dilakukan pengukuran kemiringan ditunjukkan pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4 Lokasi struktur yang dilakukan pengukuran kemiringan
Gambar 4 Lokasi struktur yang dilakukan pengukuran kemiringan

Adapun arah kemiringan struktur ditunjukkan pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5 Arah kemiringan struktur
Gambar 5 Arah kemiringan struktur Arah kemiringan struktur

2.4.2 Hasil Pengukuran Kemiringan Bangunan

Hasil pengukuran kemiringan bangunan berupa nilai kemiringan beserta toleransi yang diijinkan oleh standar peraturan yang berlaku. Dengan demikian, dapat diketahui status kemiringan struktur apakah masih dalam keadaan aman ataupun tidak. Hasil pengukuran kemiringan bangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Hasil pengukuran kemiringan bangunan

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui terdapat nilai kemiringan struktur yang melebih toleransi kemiringan yang diijinkan peraturan, yaitu Dinding As 1-8 / C. Selisih nilai kemiringan Dinding As 1-8 / C dengan toleransi kemiringan yang diijinkan peraturan yaitu 6.091 mm.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

Kesimpulan dari artikel ini yaitu :

  1. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran kemiringan bangunan gedung adalah ETS (Electronic Total Station) tipe Nikon Nivo 5C.
  2. Prinsip dari pengukuran kemiringan bangunan gedung adalah dengan menghitung perbedaan nilai koordinat 3D (X, Y, Z) untuk struktur yang sama. Kolom dan dinding yang miring ditandai dengan adanya perbedaan koordinat X dan Y antara bagian atas dan bagian bawah. Sedangkan balok dan plat yang lendut atau turun ditandai dengan adanya perbedaan koordinat Z (perbedaan tinggi) pada area plat yang sama.
  3. Kemiringan bangunan diukur dengan melakukan pengukuran koordinat struktur gedung yang tampak, baik berupa kolom, dinding, balok, maupun plat. Kemudian, data koordinat tersebut diplot pada perangkat lunak untuk selanjutnya ditentukan nilai dan arah kemiringan setiap struktur. Selanjutnya, dengan mengacu pada standar peraturan yang berlaku, dapat dihitung toleransi kemiringan setiap struktur. Dengan demikian, pada akhirnya dapat diketahui status kemiringan struktur apakah masih dalam kondisi aman ataupun tidak.

4.2 Saran

Beberapa hal yang dapat diterapkan pada pengukuran kemiringan bangunan yaitu :

  1. Sebaiknya menembak struktur dengan permukaan (finishing) yang rata karena akan mempengaruhi nilai kemiringan yang diperoleh.
  2. Pada pengukuran kemiringan bangunan untuk keperluan monitoring, sebaiknya dibuat arah acuan pengukuran (backsight) dan tempat berdiri alat ETS yang tetap, yakni dengan memberi tanda yang tidak hilang atau menggunakan benda di sekitar sebagai tanda backsight dan tempat berdiri alat ETS.

DAFTAR PUSTAKA

SNI 03-1729-2002

DOKUMENTASI

Berikut Dokumentasi Proyek​ Pengukuran Kemiringan Bangunan yang dikerjakan oleh PT Hesa:

Pengukuran Kemiringan Bangunan PT. Aetra Air Jakarta – Pulogadung

Pengukuran Kemiringan Bangunan Bank Indonesia Kantor Cabang Palu – Sulawesi Tengah

Pengukuran Kemiringan Bangunan Aula PT. Emsindo – Bogor

Levelling Lantai Pabrik PT. Cahaya Prima Sentosa – Tanggerang

Pengukuran Kemiringan Bangunan Bank Indonesia – Jakarta

Informasi tentang Jasa Pemeriksaan Kemiringan Bangunan, silahkan menghubungi:

PT Hesa Laras Cemerlang

Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

Tinggalkan Pesan