Jasa Penyelidikan Tanah di Lapangan Soil Investigation Proyek Konstruksi

Jasa Penyelidikan Tanah di Lapangan Soil Investigation Proyek Konstruksi

Penyelidikan Tanah & Soil Investigation Jabodetabek

Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah pengujian kondisi tanah untuk menentukan daya dukung dan desain pondasi yang aman sebelum pembangunan dimulai. Proses ini menggunakan metode seperti sondir (CPT), SPT, pengeboran, dan uji laboratorium untuk menghasilkan rekomendasi pondasi yang tepat dan aman.

Hesa menyediakan jasa penyelidikan tanah profesional di seluruh wilayah Jabodetabek—Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Kondisi tanah di setiap area sangat bervariasi, dari tanah lunak di pesisir Jakarta Utara hingga pasir padat di wilayah Depok dan Bogor. Oleh karena itu, penyelidikan tanah wajib dilakukan sebelum konstruksi untuk mencegah gagal pondasi dan kerugian finansial.

Jasa Penyelidikan Tanah Profesional di Jabodetabek

Jasa penyelidikan tanah yang profesional bukan hanya sekadar menjalankan test, tetapi memberikan interpretasi akurat dan rekomendasi desain yang dapat langsung digunakan oleh perencana struktur. Tim engineer Hesa memiliki pengalaman 15+ tahun melayani ribuan proyek di Jabodetabek, dari rumah tinggal hingga infrastruktur besar.

Apa Itu Penyelidikan Tanah di Lapangan?

Penyelidikan tanah adalah rangkaian pengujian lapangan dan laboratorium untuk mengetahui sifat fisik dan mekanis tanah. Data ini digunakan untuk menentukan jenis pondasi (dangkal atau dalam), kapasitas daya dukung, potensi penurunan (settlement), dan risiko geoteknik lainnya yang akan mempengaruhi keamanan dan umur struktur bangunan.

Dengan melakukan penyelidikan tanah yang benar sesuai SNI, Anda mendapatkan data akurat yang menjadi dasar keputusan desain struktur. Ini menghemat biaya, mencegah permasalahan di lapangan, dan memastikan bangunan bertahan lama.

4 Alasan Penyelidikan Tanah Wajib untuk Proyek Konstruksi

  1. Menghindari gagal pondasi akibat misjudgment daya dukung – Desain pondasi yang salah adalah penyebab utama kolaps bangunan. Data daya dukung yang akurat mencegah over-design atau under-design yang berbahaya.
  2. Mengetahui kedalaman lapisan keras dan karakteristik tanah – Setiap lokasi punya lapisan keras di kedalaman berbeda. Penyelidikan tanah mengidentifikasi kedalaman ini untuk efisiensi desain dan penghematan biaya pondasi.
  3. Menyesuaikan metode konstruksi yang tepat – Kondisi tanah menentukan apakah proyek memerlukan tiang pancang, pondasi dangkal, atau caisson. Informasi ini menghemat waktu dan biaya konstruksi secara signifikan.
  4. Menghemat budget konstruksi (estimasi 15-25%) – Desain pondasi yang tepat berdasarkan data akurat dapat mengoptimalkan penggunaan material dan mengurangi over-design. Pada banyak kasus, penghematan untuk pondasi dapat mencapai 15-25% dari estimasi awal, tergantung kondisi tanah dan desain struktur.

Soil Investigation Cabot 2020

Bagaimana Cara Penyelidikan Tanah yang Benar?

Penyelidikan tanah yang benar mengikuti standar SNI nasional Indonesia dan best practices internasional. Proses ini melibatkan 4 tahapan utama: persiapan, pengujian lapangan, analisis data, dan penyusunan laporan dengan rekomendasi desain yang jelas.

Tahap 1: Persiapan Lokasi & Identifikasi Titik Uji

Tim engineer Hesa melakukan site visit untuk menentukan lokasi titik uji berdasarkan denah bangunan, area konstruksi, dan desain awal. Penentuan titik strategis memastikan data representatif untuk seluruh area proyek dan meminimalkan biaya pengujian yang tidak perlu.

Tahap 2: Pelaksanaan Pengujian Lapangan (Field Work)

Pengujian dilakukan menggunakan peralatan sondir, SPT, atau boring sesuai metode yang disepakati. Tim operator terlatih melakukan pengujian dengan standar SNI 2827:2008 untuk Sondir/CPT, SNI 4153:2008 untuk SPT, dan SNI 2810:2011 untuk Pengeboran dengan SPT. Setiap data dicatat real-time di lapangan dengan dokumentasi lengkap untuk audit trail, quality control, dan transparansi kepada klien.

Tahap 3: Analisis & Pengolahan Data

Data lapangan diolah menggunakan software geoteknik terkini untuk menghasilkan parameter geoteknik: daya dukung (qa), kohesi (c), sudut geser internal (φ), dan profil stratifikasi tanah lengkap. Analisis juga mempertimbangkan faktor keselamatan (safety factor) sesuai standar desain struktur dan kondisi lokal tanah Jabodetabek.

Tahap 4: Penyusunan Laporan Teknis & Rekomendasi Desain Pondasi

Output laporan berisi: grafik log bor/sondir, tabel hasil pengujian detail, interpretasi stratifikasi tanah, parameter geoteknik lengkap, dan rekomendasi teknis desain pondasi yang spesifik. Laporan siap digunakan langsung oleh perencana struktur untuk desain struktur final dan pengajuan izin konstruksi.

3 Metode Penyelidikan Tanah yang Paling Sering Digunakan

1. Sondir / Cone Penetration Test (CPT) – Metode Penetrasi Konus

Metode penetrasi statis untuk mengukur ketahanan tanah terhadap tekanan konus sesuai SNI 2827:2008: Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir. Hasil test memberikan data qc (cone resistance), fs (sleeve friction), dan Rf (friction ratio) yang digunakan untuk klasifikasi lapisan tanah dan estimasi daya dukung di setiap kedalaman.

Karakteristik Sondir:

  • Kecepatan: Paling cepat
  • Biaya: Paling ekonomis (Rp 2 juta per titik)
  • Kedalaman: Hingga 20-30 meter
  • Cocok untuk: Rumah tinggal, ruko, proyek skala kecil-menengah
  • Data: Tidak ada sample tanah, hanya nilai penetrasi
  • Akurasi: Baik untuk tanah granular (pasir, kerikil)

Tim Hesa melakukan pengujian sondir dengan standar SNI, menggunakan alat penetrasi quasi-statis yang terkalibrasi dan dioperasikan oleh tenaga terlatih bersertifikat dengan pengalaman bertahun-tahun.

Cara Penyelidikan Tanah dengan Sondir
Penyelidikan Tanah dengan Sondir di Ciracas Jakarta Timur

2. Standard Penetration Test (SPT) – Metode Pengeboran dan SPT

Pengujian yang dilakukan selama pengeboran dengan cara menghitung jumlah pukulan hammer untuk penetrasi 30 cm (nilai N-SPT), sesuai dengan SNI 4153:2008: Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT. Data ini sangat penting untuk desain pondasi, estimasi daya dukung, dan sample pengujian laboratorium mekanika tanah.

Karakteristik SPT:

  • Kecepatan: Sedang
  • Biaya: Sedang (Rp X juta per titik untuk kedalaman 30m)
  • Kedalaman: Hingga 30-50 meter
  • Cocok untuk: Gedung, ruko 5+ lantai, proyek menengah-besar
  • Data: Ada sample tanah undisturbed (UDS) untuk lab test
  • Akurasi: Sangat baik untuk semua jenis tanah, terutama lempung

Hesa melaksanakan SPT dengan standar SNI lengkap, termasuk pengambilan sampel tanah undisturbed (UDS) yang dibawa ke laboratorium mekanika tanah untuk uji lanjutan seperti shear strength, compression, dan moisture content analysis.

Boring dan SPT Standar Penetration Test
Pelaksanaan Soil Test pada proses Assessment Pondasi Mesin PLTU BUKIT ASAM

3. Deep Boring + Sampling – Untuk Proyek Infrastruktur Besar

Pengeboran dalam untuk mengambil sampel tanah undisturbed (UDS) hingga kedalaman 30-50 meter atau lebih. Sample dibawa ke laboratorium untuk uji mekanika tanah komprehensif (shear strength, compression, moisture content, grain size, density). Metode ini ideal untuk proyek besar, gedung bertingkat tinggi, jembatan, dan infrastruktur dengan kondisi tanah kompleks.

Karakteristik Deep Boring:

  • Kecepatan: Paling lama
  • Biaya: Paling mahal (Rp 15-20 juta per titik)
  • Kedalaman: 50+ meter (sesuai kebutuhan)
  • Cocok untuk: Gedung tinggi, jembatan, infrastruktur, proyek kompleks
  • Data: Sample lengkap + lab test komprehensif
  • Akurasi: Paling akurat untuk kondisi tanah sangat kompleks
Sample UDS (undisturb sample) yang selanjutnya dibawa ke laboratorium mekanika tanah untuk dilakukan serangkaian pengujian untuk mengetahui index properties dan engineering properties — at Bandara Internasional Soekarno Hatta.

Mana Metode Penyelidikan Tanah yang Tepat untuk Proyek Anda?

Pemilihan metode penyelidikan tanah tergantung pada jenis proyek, luas area, kompleksitas tanah, dan budget. Tabel berikut membantu Anda memilih metode yang paling cost-effective:

Tipe Proyek Jumlah Titik Metode Rekomendasi Estimasi Biaya Durasi Lapangan Durasi Laporan
Rumah tinggal 1-2 lantai 2-3 titik Sondir (CPT) Call Hesa 1-2 hari 3-5 hari
Ruko / Toko 3-4 lantai 4-6 titik Sondir + SPT Call Hesa 3-5 hari 5-7 hari
Gedung apartemen 8-10 lantai 8-10 titik CPT + SPT + Boring Call Hesa 7-10 hari 10-14 hari
Jembatan / Infrastruktur besar 15+ titik Deep Boring + Lab Test Call Hesa 14-20 hari 21-30 hari

Catatan Penting tentang Harga: Semua estimasi biaya di atas adalah perkiraan indikatif dan sangat bergantung pada aksesibilitas lokasi, jenis tanah, kedalaman target, kondisi lapangan, dan faktor negosiasi lainnya. Harga aktual dapat berbeda sesuai kondisi spesifik proyek Anda. Hubungi Hesa untuk penawaran presisi sesuai situasi lokasi Anda. Konsultasi awal GRATIS, tanpa kewajiban.

Contoh Output & Laporan Penyelidikan Tanah

Setiap laporan penyelidikan tanah dari Hesa mencakup dokumentasi lengkap dan professional yang siap digunakan untuk proses persetujuan struktur dan perizinan konstruksi:

  • Grafik Log Bor – Visualisasi stratifikasi tanah per kedalaman dengan warna berbeda untuk jenis tanah (pasir, lempung, kerikil, dll)
  • Grafik Log Sondir – Kurva qc, fs, dan Rf yang menunjukkan kepadatan dan karakteristik tanah per kedalaman
  • Tabel Hasil Pengujian Detail – N-SPT, kedalaman lapisan, klasifikasi tanah berdasarkan sistem unified soil classification
  • Parameter Geoteknik – Daya dukung (qa), kohesi (c), sudut geser internal (φ), friction angle, dan parameter lainnya
  • Interpretasi Stratifikasi Tanah – Penjelasan detail tentang karakteristik setiap lapisan dan implikasinya terhadap desain
  • Rekomendasi Desain Pondasi – Jenis pondasi yang direkomendasikan (dangkal/dalam), kedalaman optimum, dan kapasitas daya dukung yang aman dengan faktor keselamatan
  • Hasil Uji Laboratorium – Moisture content, density, grain size analysis, shear strength, compression (jika ada boring/SPT dengan lab test)
  • Dokumentasi Foto Lapangan – Foto proses pengujian, kondisi lapangan, dan dokumentasi audit trail

Penyelidikan Tanah untuk Berbagai Ukuran Proyek

Penyelidikan Tanah untuk Rumah Tinggal (1-2 Lantai)

Untuk rumah tinggal sederhana 1-2 lantai dengan luas bangunan 100-200m², biasanya memerlukan 2-3 titik sondir. Pengujian ini sudah cukup untuk memberikan gambaran daya dukung tanah di lokasi tersebut. Estimasi biaya penyelidikan tanah untuk rumah tinggal: RCall Hesa (sudah termasuk laporan). Laporan selesai dalam 5-7 hari kerja setelah pengujian lapangan.

Penyelidikan Tanah untuk Ruko / Toko 4 Lantai

Untuk ruko atau toko 3-4 lantai, disarankan kombinasi sondir dan SPT untuk data yang lebih akurat. Estimasi: 4-6 titik uji (campuran CPT dan SPT). Biaya estimasi penyelidikan tanah ruko: Call Hesaa. Durasi: 5-7 hari kerja untuk laporan final.

Penyelidikan Tanah untuk Gedung / Apartemen (8+ Lantai)

Untuk gedung apartemen 8+ lantai, perlu kombinasi CPT, SPT, dan drilling untuk pengambilan sample. Estimasi: 8-10 titik uji dengan depth 30-40m. Biaya penyelidikan tanah gedung: Call Hesa. Durasi laporan: 10-14 hari kerja.

Penyelidikan Tanah untuk Infrastruktur (Jembatan, Tol, Dll)

Untuk proyek infrastruktur besar seperti jembatan, tol, atau facility pusat, memerlukan deep boring ekstensif 15+ titik dengan kedalaman 50m+ dan lab test komprehensif. Biaya: Call Hesa. Durasi: 21-30 hari kerja untuk laporan final dengan rekomendasi desain lengkap.

Apakah Penyelidikan Tanah Wajib atau Opsional?

Penyelidikan tanah bukan wajib secara hukum untuk rumah sederhana, namun highly recommended untuk semua proyek. Berikut status wajib per tipe proyek:

  • Rumah tinggal sederhana: Opsional (tapi recommended)
  • Ruko / toko / rumah komersial: Wajib (diminta saat persetujuan struktur)
  • Gedung / perkantoran / apartemen: Mandatory (diperlukan untuk perizinan)
  • Infrastruktur / jembatan / proyek besar: Mandatory (sering diminta 2-3 konsultasi geoteknik)

Untuk proyek komersial dan gedung, penyelidikan tanah akan diminta saat proses perizinan dan persetujuan struktur dari ahli bangunan (ahli K3 / structural reviewer). Jangan sampai terlambat—lakukan penyelidikan tanah di awal perencanaan.

Perbedaan Sondir (CPT) vs SPT: Mana yang Lebih Baik?

Banyak calon klien bertanya: “Apa perbedaan sondir dan SPT?” Berikut perbandingan detail:

Aspek Sondir (CPT) SPT
Metode Penetrasi konus statis Penetrasi dinamik (pukulan hammer)
Kecepatan 1-2 jam per titik 4-6 jam per titik
Biaya Rp 2 juta per titik (paling murah) Rp 8 juta per titik
Sample Tidak ada Ada sample undisturbed (UDS)
Lab Test Tidak bisa Bisa lab test lengkap
Data Diperoleh qc, fs, Rf N-SPT + sample fisik
Cocok Untuk Rumah, ruko, proyek simple Gedung, infrastruktur, tanah kompleks
Akurasi untuk Pasir Sangat baik Baik
Akurasi untuk Lempung Baik Sangat baik
Kedalaman 20-30 meter 30-50 meter (lebih dalam)

Kesimpulan: Tidak ada yang “lebih baik” secara absolut—tergantung jenis proyek. Untuk tanah kompleks atau proyek besar, kombinasi keduanya memberikan data paling akurat dan aman. Konsultasikan dengan engineer Hesa untuk memilih metode optimal sesuai kondisi proyek Anda.

Berapa Lama Penyelidikan Tanah Selesai?

Timeline penyelidikan tanah terbagi menjadi 2 fase:

1. Fase Field Work (Pengujian Lapangan):

  • Sondir: 1-2 hari
  • SPT: 3-5 hari
  • Deep Boring: 7-14 hari

2. Fase Analisis & Laporan:

  • Standard: 5-7 hari kerja
  • Urgent: 24-48 jam (laporan preliminary, analysis lengkap kemudian)
  • Complex project: 14-21 hari kerja

Total durasi dari konsultasi awal hingga laporan final: 10-30 hari kerja tergantung metode dan kompleksitas. Untuk proyek yang tidak urgent, Hesa dapat mengatur jadwal fleksibel sesuai timeline proyek Anda.

Estimasi Biaya Penyelidikan Tanah di Jabodetabek

Biaya penyelidikan tanah di Jabodetabek bervariasi tergantung metode, jumlah titik, dan aksesibilitas lokasi. Berikut estimasi harga dari Hesa:

PAKET 1: SONDIR / CPT (Cone Penetration Test)

*Harga di atas adalah perkiraan indikatif. Harga final tergantung aksesibilitas lokasi, kedalaman, dan kondisi lapangan spesifik.

PAKET 2: SPT + BORING (Standard Penetration Test)

  • Harga per titik (kedalaman hingga 30m): Call Hesa
  • Uji laboratorium per sample: Call Hesa
  • Laporan teknis dengan rekomendasi: Call Hesa

*Harga di atas adalah perkiraan indikatif. Harga final tergantung aksesibilitas lokasi, kedalaman, jenis tanah, dan kondisi lapangan spesifik.

PAKET 3: DEEP BORING + LAB TEST (Untuk Infrastruktur)

*Harga di atas adalah perkiraan indikatif untuk infrastruktur besar. Harga final sangat bergantung pada kedalaman target, jenis tanah, aksesibilitas lokasi, dan scope pekerjaan spesifik.

LAYANAN TAMBAHAN

  • Konsultasi lokasi (site visit): Call Hesa
  • Presentasi hasil ke tim struktur Anda: GRATIS (video call atau on-site)

💡 TIDAK YAKIN METODE MANA YANG TEPAT? Hubungi Hesa untuk KONSULTASI GRATIS. Engineer kami akan:

  • ✓ Analisis denah proyek Anda
  • ✓ Rekomendasi metode optimal
  • ✓ Estimasi biaya presisi
  • ✓ Timeline realistis sesuai deadline Anda
  • ✓ Tanpa kewajiban atau biaya apapun

Layanan Penyelidikan Tanah Hesa di Jabodetabek

Hesa melayani jasa penyelidikan tanah profesional di seluruh Jabodetabek. Kami memahami karakteristik tanah unik di setiap wilayah—Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang—dan memberikan rekomendasi pondasi yang presisi untuk kondisi lokal.

Area Layanan Hesa (Jabodetabek)

  • Jakarta: Semua wilayah (Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara)
  • Bogor: Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Ciawi, Cibinong
  • Depok: Semua area di Kota Depok
  • Bekasi: Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Cibitung, Cikarang
  • Tangerang: Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Balaraja, Tigaraksa

Keunggulan Jasa Penyelidikan Tanah Hesa

    • Engineer berpengalaman 15+ tahun – Tim ahli geoteknik dengan sertifikat profesional dan track record ribuan proyek
    • Peralatan modern & terkalibrasi – Sondir, coring, boring, dan lab equipment berstandar internasional dengan sertifikat kalibrasi terbaru
    • Standar SNI compliance penuh – Pengujian sesuai SNI 2827:2008 (Sondir/CPT), SNI 4153:2008 (SPT), dan SNI 2810:2011 (Pengeboran dengan SPT)
    • Laporan cepat & akurat – Field work 1-3 hari, laporan final 5-7 hari kerja. Untuk urgent: laporan preliminary 24 jam.
    • Konsultasi gratis – Diskusi lokasi, metode, timeline, dan biaya tanpa kewajiban sebelum approval
    • Melayani semua ukuran proyek – Dari rumah tinggal sederhana hingga infrastruktur besar (jembatan, tol, facility)
    • Transparansi penuh – Harga jelas, tidak ada biaya tersembunyi, laporan detail dan mudah dipahami

Hubungi Hesa untuk Konsultasi Gratis
Siap melakukan penyelidikan tanah untuk proyek Anda?

Hubungi tim Hesa hari ini untuk konsultasi gratis dan penawaran harga. Kami akan membantu Anda menentukan metode yang tepat, estimasi biaya presisi, dan jadwal pengujian sesuai timeline proyek.

Kontak Hesa:
📍 Kompleks Rukan Mutiara Faza RB 1, Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur
📧 Email: kontak@hesa.co.id
☎️ Telepon: (021) 8404531
💬 WhatsApp: 0812-9144-2210 atau 0811-888-9409

Pengujian Jembatan Baja Komposit | Dynamic Loading Test dan OMA

Pengujian Jembatan Baja Komposit | Dynamic Loading Test dan OMA

Untuk menilai apakah sebuah jembatan aman, nyaman dan siap digunakan, perlu dilakukan uji beban dinamik. Uji ini mengukur parameter dinamik seperti frekuensi, rasio redaman, kekakuan dan pola getar yang didapat dari analisis modal operasional data percepatan.

Data percepatan direkam dari 6 (enam) accelerometer yang terpasang di jembatan saat beroperasi. Setiap sensor memberikan frekuensi alami mode pertama yang dihitung dengan transformasi fourier dari data waktu ke data frekuensi.Kemudian, frekuensi jembatan, rasio redaman dan mode shape dihitung dengan Stochastic Subspace Identification, SSI.

Jembatan dinyatakan layak jika hasil uji sesuai dengan teori. Data teori berasal dari data teknis perencanaan.

Hasil uji menunjukkan frekuensi alami 3,227 Hz, sedangkan teori 3,162 Hz. Ini artinya kekakuan jembatan lebih baik dari teori. Rasio redaman 3,646% juga menunjukkan beton dalam kondisi baik karena berada di antara 2-5%. Mode shape 1, 2 dan 3 hampir sama dengan teori, tetapi frekuensinya lebih tinggi. Frekuensi mode 1, 2, dan 3 adalah 3,227 Hz, 22,073 Hz dan 44,022 Hz, sedangkan teori 3,162 Hz, 12,168 Hz dan 25,525 Hz.

Dengan  berbekal acuan tersebut di atas, sebuah jembatan dapat aman, nyaman dan laik untuk difungsikan.

PT. Hesa Laras Cemerlang pada tahun 2023 dipercaya untuk melaksanakan pengujian jembatan baru sebelum difungsikan (open traffic) untuk publik.

 

Jembatan persimpangan underpass bekambit merupakan jembatan yang memiliki bentang sepanjang 30 m, dengan lebar 10 m. Di jembatan tersebut terdapat 6 buah girder komposit, yang mana hal ini merujuk pada standard jembatan gelagar komposit A30 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

Berdasarkan hasil pengujian jembatan yang dilaksanakan oleh PT. Hesa Laras Cemerlang pada tahun 2023, maka disusunlah sebuah jurnal  ilmiah dengan judul :
“Uji Beban Dinamik Dan Analisis Modal Operasional Jembatan Baja Komposit Underpass Bekambit”
Jurnal tersebut diterbitkan oleh Jurnal Ilmiah Dinamika Rekayasa, sebuah media jurnal milik Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman. Anda dapat membaca jurnal yang telah terbit tersebut disini : Link Jurnal

Respons dinamis jembatan saat digunakan perlu diukur untuk mengetahui parameter dan karakteristik mode dinamisnya. Informasi ini sangat penting untuk menilai kondisi jembatan dan menentukan kelaikan fungsinya, selain dari investigasi lain seperti pengamatan visual, non destructive test, uji beban statik atau lainnya.

Data yang dianalisis adalah data percepatan getar yang direkam dengan accelerometer saat jembatan digunakan. Jumlah accelerometer yang banyak dan tepat akan membuat analisis lebih kompleks dan akurat. Analisis ini juga bisa digunakan untuk mengawasi perubahan karakteristik mode getar seiring waktu, jika pengujian dilakukan secara teratur. Hal ini bermanfaat untuk menentukan langkah-langkah preservasi yang perlu dilakukan.

Uji beban dinamik adalah pengujian alternatif untuk mendapatkan respons struktur terhadap beban yang bekerja di atasnya dengan waktu pengujian yang lebih singkat dibandingkan uji beban statik, namun tetap akurat.

OMA bertujuan untuk mengetahui frekuensi alami, pola getaran, dan faktor redaman dari struktur tanpa mengintervensi operasinya. Hal ini tidak sama dengan EMA (experimental Modal Analysis) yang dilakukan dengan menggetarkan struktur menggunakan sumber getaran buatan.

Model modal struktur bukan tujuan akhir. Hasil OMA bisa diadopsi untuk berbagai aplikasi yang signifikan. Parameter dinamik yang didapat berupa frekuensi getar, redaman dan pola getar akan digunakan untuk identifikasi kapasitas beban, tingkat keutuhan dan tingkat kerusakan jembatan.

Kekakuan dan keutuhan struktur dapat diukur dengan frekuensi. Perubahan periodik dalam parameter dinamis menunjukkan hubungan kondisi struktural dengan tingkat laju kerusakan. Uji getar digunakan untuk menilai kondisi berbagai tipe jembatan beton bertulang, beton prategang, rangka baja dan gelagar komposit.

OMA mengetahui frekuensi, bentuk modal, dan faktor redaman struktur dengan algoritma Stochastic Subspace Identification, SSI, yang berdasar pada tiga asumsi: i) sistem berperilaku dalam rentang linier, ii) sistem adalah invarian waktu, dan iii) eksitasi input adalah realisasi dari proses stokastik dengan perilaku Gaussian white noise dan tidak berkorelasi dengan respon sistem. Algoritma ini untuk menghindari perkiraan yang bias.

Teknik Stochastic subspace identification, SSI telah teruji dapat diandalkan untuk identifikasi modal, diantaranya untuk pemantauan online sistem suspensi kendaraan kereta api (Bogie Y25), dimana SSI digunakan untuk mengetahui frekuensi alami dari mode-mode sistem suspensi, jembatan jalan raya dan kereta api, jembatan pejalan kaki, aplikasi industri, dalam infrastruktur sipil dan dalam identifikasi dinamis bangunan bersejarah dan aplikasi lainnya

Anda dapat meneruskan membaca artikel tentang Pengujian Jembatan Baja Komposit | Dynamic Loading Test dan OMA dalam jurnal yang telah kami tuliskan linknya di bagian tengah halaman ini.

Terima Kasih

Alat Penguji Getaran Bangunan Eccentric Mass Shaker

Alat Penguji Getaran Bangunan Eccentric Mass Shaker

Eccentrik Mass Shaker (EMS) merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk mensimulasikan getaran selayaknya gempa bumi di sebuah gedung atau bangunan.
Perangkat ini terdiri dari massa berputar yang dipasang eksentrik pada poros, sehingga menciptakan gaya tidak seimbang yang menghasilkan getaran.

EMS dirancang untuk mereplikasi efek aktivitas seismik pada struktur, komponen, dan sistem, yang memungkinkan para engineer untuk mempelajari kinerja seismiknya dan membuat perhitungan struktur secara khusus guna memprediksi ketahanan banguna terhadap gempa

Forced Vibration Test
Metodologi Forced Vibration Test (Uji getaran paksa) didasarkan pada konsep resonansi.

Yaitu memberikan gaya harmonik dinamis di atas gedung, dimungkinkan untuk membangkitkan frekuensi resonansi bangunan (saat frekuensi gaya sama dengan salah satu frekuensi alami bangunan).

Pada eccentric mass shaker, frekuensi gaya dapat diatur di kisaran 0.5 – 20 Hz.

Keadaan resonansi ditunjukkan saat percepatan yang terbaca pada sensor accelerometer yang dipasang pada beberapa titik menjadi maksimum dan kemudian berkurang bahkan ketika gaya ditingkatkan.

Dengan cara ini, grafik frekuensi respon struktur dapat diperoleh untuk setiap arah ortogonal dan torsional.

Spesifikasi Eccentrik Mass Shaker by Hesa :
Peak Force : 10 ton
Eccentricity : 50 kg-m
Frequency : 1-30 Hz
Drive Power : 5-10 kW

Verifikasi Hasil Pemodelan Dengan Hasil Forced Vibration Test

  • Parameter dinamik berupa periode getar dam mode getar dapat diperoleh dengan analisis modal secara teoritis menggunakan simulasi numerik dengan bantuan software analisis struktur.
  • Selanjutnya parameter dinamik dibandingkan dengan hasil Forced Vibration Test berdasarkan respon struktur dan pola getar dari interpretasi data percepatan yang direkam accelerometer.
  • Jika terdapat perbedaan antara hasil eksperimen dengan hasil simulasi numerik, maka dilakukan refinement model struktur sedemikian rupa sehingga respon struktur hasil simulasi numerik mendekati respon struktur hasil eksperimen.
  • Selain Periode getar dan mode getar, hasil eksperimen juga akan menunjukkan rasio redaman struktur, dimana dari hasil rasio redaman yang diperoleh dapat diperkirakan tingkat kerusakan yang terjadi pada sistem struktur.

PEMENUHAN PERATURAN

ISO 2631-2 1989

Merekomendasikan ambang batas getaran yang masih ditolerir untuk kenyamanan manusia yang beraktivitas di dalamnya.

Standar Getaran terhadap Kerusakan bangunan

Standar Getaran terhadap Kenyamanan Manusia

Alat Penguji Getaran Bangunan Eccentric Mass Shaker
Jasa Uji Liquid Penetrant

Jasa Uji Liquid Penetrant

Pemeriksaan penting yang perlu dilakukan pada suatu konstruksi baja adalah melakukan pemeriksaan terhadap diskontinyuitas pada material bajanya atau pada sambungan antar elemennya. Dan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui permasalahan tersebut adalah dengan cara Uji Liquid Penetrant.

Uji Liquid Penetran

Prinsip Kerja Uji Liquid Penetrant

Uji ini merupakan salah satu bagian dari metoda pengujian tanpa merusak/ NDT (Non–Destructive Test) yang bertujuan mengetahui diskontinyuitas halus pada permukaan baja seperti retak, berlubang atau kebocoran.

Liquid Penetrant Test

Pada prinsipnya metoda pengujian dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas.

Idealnya pemeriksaan kesehatan struktur sebaiknya dilakukan secara rutin, untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja akibat kegagalan struktur, dan juga akan mempermudah serta lebih efisien dalam perawatannya.

Regulasi dari pemerintahpun sebenarnya sudah mewajibkan pemilik bangunan untuk memiliki SLF (sertifikat laik fungsi) suatu bangunan yang harus direnewal tiap 5 tahun sekali. Tinggal ketegasan penerapannya saja yang diperlukan.

Untuk mendapatkan informasi tentang biaya yang diperlukan dalam jasa uji penetrant ini silahkan menghubungi  kami melalui :

PT Hesa Laras Cemerlang

Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0812 9144 2210 or follow this link : Hesa Admin

Respon Struktur Terhadap Gempa

Respon Struktur Terhadap Gempa

Idealisasi respon struktur terhadap beban gempa berupa kurva kapasitas struktur, yaitu kurva hubungan gaya dan perpindahan (displacement) selama respon struktur. Dalam idealisasi respon struktur ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan, yaitu:

  1. Pendekatan berbasis perpindahan (equal displacement principle)
  2. Pendekatan berbasis gaya (equal force principle)

Respon Struktur Terhadap Gempa

Gedung Alto Rio yang kolaps pada Gempa Bumi Februari 2010
Pict source: elnuevodiario(.)com(.)ni/internacionales/69226-chile-menos-708-muertos-sismo/

Dalam pendekatan pendekatan berbasis perpindahan jika struktur mempunyai periode panjang, maka displacement ductility yang terjadi pada sistem inelastic akan bernilai sama dengan R, atau  = R, dimana R factor reduksi gaya. Seperti pada gambar berikut:

 

Gambar idealisasi struktur pendekatan perpindahan (equal displacement approximation)

Jika struktur mempunyai periode pendek, terutama yang periode alaminya sama atau lebih pendek daripada periode respon spekral puncak, maka displacement ductility yang terjadi pada sistem inelastic akan lebih besar dari nilai factor reduksi gaya, R. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

 

Gambar idealisasi struktur pendekatan gaya (equal force approximation)

Sehingga hubungan antara R pada tingkat daktilitas dibedakan atas 3 (tiga) kondisi menurut periode efektif struktur sebagai berikut:

Struktur dengan periode pendek: R =(2-1)^0.5

Struktur dengan periode panjang: R =

Struktur dengan periode 0: R =1

Untuk factor reduksi gaya, R, seperti yang tercantum dalam standar yang ada merupakan perkalian faktor reduksi gaya pada tingkat daktilitas dikalikan faktor kuat lebih sistem. R = R x 

Sedangkan nilai faktor pembesaran defleksi, Cd, ditentukan dengan perkalian displacement ductility dengan faktor kuat lebih sistem:

 

 

 

REFERENSI

[1] Julián, C., Barrios, H., Astrid, R.F., Analysis of the Earthquake-Resistant Design Approach for Buildings in Mexico, Ingeniería Investigación y Tecnología, volumen XV (número 1), enero-marzo 2014: 151-162

[2] SNI 1726:2012, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Penulis: Ir Heri Khoeri, MT
Artikel ini merupakan bagian ke empat dari 5 tulisan berkaitan konsep desain struktur tahan gempa. Berikut urutan tulisan selengkapnya :

  1. Perkembangan Konsep Desain Struktur Tahan Gempa
  2. Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based Seismic Design)
  3. Konsep Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan (Direct Displacement Based Design)
  4. Respon Struktur Terhadap Gempa
  5. Idealisasi Respon Struktur Terhadap Gempa Menurut Sni-1726-2012

Informasi tentang jasa desain struktur tahan gempa, silahkan menghubungi kami melalui:

PT Hesa Laras Cemerlang

Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

Tinggalkan Pesan

    Konsep Desain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan

    Konsep Desain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan

    Pada konsep Desain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan (Direct Displacement Based Design, DDBD) digunakan respons spektrum perpindahan sebagai dasar untuk memerhitungkan gaya geser dasar.

    Metode ini merupakan metode yang paling sederhana untuk melaksanakan analisis pada struktur gedung dengan derajat kebebasan banyak (MDOF) karena pada metode ini struktur didesain dengan menggunakan kekakuan secant (secant stiffness) dan peredam viscous ekivalen layaknya bangunan dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF).

    Pict Source StockSnap_IO 951AF5383D

    Tujuan dari metode ini adalah untuk mencapai suatu kondisi batas perpindahan dengan acuan yaitu batas tegangan material, atau batas simpangan non struktural dalam suatu intensitas gempa yang telah didesain.

    Dalam tahap awal desain tidak diketahui kekakuan (berhubungan dengan periode getar alami struktur) struktur, namun telah diketahui perpindahan struktur yang diinginkan terjadi pada saat terjadi gempa.

    Perpindahan desain tersebut dipengaruhi oleh besarnya gempa yang didesain akan dialami oleh struktur dan kondisi kondisi apa yang diinginkan terjadi setelah terjadi gempa (performance level).

    Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, diijinkan untuk mereduksi gaya gempa sampai daktilitas μ tertentu dengan suatu nilai koefisien reduksi R yang ditunjukan pada gambar 3, yang berfungsi untuk mengurangi beban untuk struktur elastik menjadi inelastik dengan perpindahan yang sama, namun memiliki konsekuensi naiknya nilai R kebutuhan daktilitas akan semakin besar.

    Daktilitas didapat dari sistem struktur dan mekanisme keruntuhan, dimana daktilitas adalah:

     

     

    dengan Δu sebagai perpindahan maksimum dan Δy sebagai perpindahan leleh.

    Gambar Hubungan gaya-perpindahan pada respons inelastic (ASCE7- 16)
    Dengan pendekatan perpindahan maka nilai factor modifikasi respon, akan bernilai sama dengan nilai daktilitas perpindahan (displacement dactility) suatu sistem.

    Daktilitas tersebut akan berpengaruh pada deformasi suatu sistem struktur akibat gempa (misalnya perpindahan, curvature, regangan, dan lainnya).

    Dari gambar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kondisi inelastic, gaya atau kekuatan kurang berpengaruh dibandingkan perpindahan. Gaya geser Vy dan Vn mempunyai pengaruh kecil pada perpindahan akhir Δm. Hal ini akan lebih logis menggunakan perpindahan sebagai dasar desain.

    Konsep DDBD secara umum diilustrasikan seperti gambar berikut:

     

    Gambar konsep dasar pendekatan DDBD (Priestley et al., 2000)

    REFERENSI

    [1] Tavio & Wijaya, Usman. (2018). Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja. Yogyakarta: ANDI.

    [2] ASCE/SEI 7-16. 2016. American Society of Civil Engineers. Minimum Design Loads and Associated Criteria for Buildings and Other Structures, Reston, Virginia.

    [3] M. J. N. Priestley, 2000. Performance Based Seismic Design, Bulletin of the New Zealand Society

    Penulis: Ir Heri Khoeri, MT
    Artikel ini merupakan bagian ke tiga dari 5 tulisan berkaitan konsep desain struktur tahan gempa. Berikut urutan tulisan selengkapnya :

    1. Perkembangan Konsep Desain Struktur Tahan Gempa
    2. Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based Seismic Design)
    3. Konsep Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan (Direct Displacement Based Design)
    4. Respon Struktur Terhadap Gempa
    5. Idealisasi Respon Struktur Terhadap Gempa Menurut Sni-1726-2012

    Informasi tentang jasa desain struktur tahan gempa, silahkan menghubungi kami melalui:

    PT Hesa Laras Cemerlang

    Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
    Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
    Email: kontak@hesa.co.id
    Telp: (021) 8404531
    Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

    Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

    Tinggalkan Pesan

      Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based Seismic Design)

      Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based Seismic Design)

      Performance Based Seismic Design (PBSD) merupakan salah satu konsep mendesain bangunan dimana target kinerja bangunan (performance objective) ditentukan terlebih dahulu. Dan pada akhir proses desain, target tersebut dijadikan parameter minimum yang harus dipenuhi.

      Tingkatan kinerja struktur dapat diketahui dengan melihat kerusakan struktur saat terkena gempa rencana dengan periode ulang tertentu.

      Dalam disain struktur berbasis kinerja, kinerja struktur direncanakan sesuai dengan tujuan dan kegunaan suatu bangunan, dengan pertimbangan faktor ekonomis terhadap perbaikan bangunan saat terjadi gempa tanpa mengesampingkan keselamatan terhadap pengguna bangunan.

      Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Kinerja

      Secara singkat proses perencanaan dimulai dengan membuat desain awal bangunan kemudian melakukan simulasi kinerja terhadap beberapa beban gempa. Lalu bila hasil simulasi masih dibawah parameter minimum yang ditentukan diawal, akan dilakukan re-design sehingga kinerja bangunan dapat sesuai target. PBSD juga dapat diterapkan untuk memperkuat (upgrading) bangunan yang sudah ada.

      Gambar Kriteria Kinerja menurut FEMA 273

      Level kinerja (Performance Levels) dibagi menjadi beberapa tingkatan kerusakan akibat gempa yang meliputi angka kematian, kerusakan bangunan (property loss), dan status operasional (operational state).

      Target kinerja dalam desain yang menjadi kriteria penerimaan (acceptance criteria) melalui evaluasi kinerja untuk level sasaran kinerja yang diatur oleh FEMA 356, dengan factor keutamaan yang disesuaikan dengan SNI 1726-2012, seperti pada table berikut:

      Tabel Level Kinerja menurut FEMA 356

      Dimana pengertian untuk level-level kinerjanya sebagai berikut:

      Operational : Kondisi dimana setelah gempa terjadi struktur dapat langsung digunakan kembali karena struktur utama tetap utuh dan elemen non-struktural hanya mengalami kerusakan yang sangat kecil.

      Immediate Occupancy (IO) : Bila terjadi gempa struktur masih aman, hanya terjadi sedikit kerusakan minor dimana untuk memperbaikinya tidak mengganggu pengguna, kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum gempa, sistem pemikul gaya vertikal dan lateral pada struktur masih mampu memikul gaya gempa yang terjadi.

      Life Safety (LS) : Saat gempa terjadi, pada struktur timbul kerusakan yang cukup signifikan tetapi belum mengalami keruntuhan, komponen-komponen struktur utama tidak runtuh dan struktur masih stabil mampu menahan gempa kembali, bangunan masih dapat digunakan jika dilakukan perbaikan.

      Collapse Prevention (CP) : Kondisi dimana merupakan batas kemampuan dari struktur dimana struktural dan nonstruktural sudah mengalami kerusakan yang parah, namun stuktur tetap berdiri dan tidak runtuh, struktur sudah tidak lagi mampu menahan gaya lateral.

      Ada beberapa metode yang umumnya digunakan dalam performance based design antara lain analisis pushover dan analisis nonlinier dinamik riwayat waktu (time history analysis).

      Analisis pushover dilakukan dengan memberikan beban lateral secara bertahap pada suatu struktur sampai komponen struktur mengalami plastis dan rusak yang membentuk hubungan antara gaya dan perpindahan, seperti diilustrasikan gambar berikut:

      Gambar analisis pushover (FEMA 451)

       

      Sementara untuk nonlinier dinamik riwayat waktu (time history analysis) dilakukan dengan mengganti beban yang bekerja dengan rekaman gempa ditunjukan pada gambar berikut:

      Gambar analisis non linier riwayat waktu (FEMA 451)

      Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, diijinkan untuk mereduksi gaya gempa sampai daktilitas μ tertentu dengan suatu nilai koefisien reduksi R yang ditunjukan pada gambar 3, yang berfungsi untuk mengurangi beban untuk struktur elastik menjadi inelastik dengan perpindahan yang sama, namun memiliki konsekuensi naiknya nilai R kebutuhan daktilitas akan semakin besar, daktilitas dapat didapat dari sistem struktur,dan mekanisme keruntuhan, dimana daktilitas adalah:

       

       

      dengan Δu sebagai perpindahan maksimum dan Δy sebagai perpindahan leleh.

      Untuk memperkirakan percepataan gempa yang pada suatu lokasi, dibutuhkan respon spektra desain sesai SNI 1726:2012, yang didapat berdasarkan percepatan dasar terpetakan untuk periode pendek SS dan periode 1 detik S1 yang, nilai tersebut didapat dari peta gempa Indonesia dan dibentuk respon spektrum seperti gambar berikut:

      Gambar Respon spektrum percepatan desain (SNI 1726:2012)

      Dengan menggunakan software struktur sebagai alat bantu, property material, dimensi elemen, geometrik struktur dan pembebanan dapat dimodelkan, selanjutnya dilakukan analisis struktur untuk mengetahui respon struktur, dan dilakukan simulasi sampai tercapai kinerja yang diinginkan.

      REFERENSI

      [1] Tavio & Wijaya, Usman. (2018). Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja. Yogyakarta: ANDI.

      [2] Building Seismic Sefety Council, 1997. NEHRP Comentary On The Guidelines For The Seismic Rehabilitation of Building (FEMA P-356), Federal Emergency Management Agency, Washington, D.C.

      [3] Building Seismic Safety Council, 2006, NEHRP Recommended Seismic Provisions : Design Examples (FEMA 451), Federal Emergency Management Agency, Washington, D.C.

      [4] SNI 1726:2012, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

      Penulis: Ir Heri Khoeri, MT
      Artikel ini merupakan bagian ke dua dari 5 tulisan berkaitan konsep desain struktur tahan gempa. Berikut urutan tulisan selengkapnya :

      1. Perkembangan Konsep Desain Struktur Tahan Gempa
      2. Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based Seismic Design)
      3. Konsep Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan (Direct Displacement Based Design)
      4. Respon Struktur Terhadap Gempa
      5. Idealisasi Respon Struktur Terhadap Gempa Menurut Sni-1726-2012

      Informasi tentang jasa desain struktur tahan gempa, silahkan menghubungi kami melalui:

      PT Hesa Laras Cemerlang

      Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
      Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
      Email: kontak@hesa.co.id
      Telp: (021) 8404531
      Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

      Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

      Tinggalkan Pesan

        Perkembangan Konsep Desain Struktur Tahan Gempa

        Perkembangan Konsep Desain Struktur Tahan Gempa

        Dalam desain struktur tahan gempa ada 3 (tiga) konsep desain yaitu:

        1. Metode desain layan, mengutamakan kemampuan layan dan kontrol pada tegangan yang terjadi.
        2. Metode desain ultimit (desain berbasis gaya/ forced based design), mengutamakan kekuatan dan control pada tegangan.
        3. Metode desain berbasis kinerja (performance based design), mengutamakan keamanan, control pada deformasi dan memenuhi tingkat kinerja yang dipersyaratkan.

        Konsep Desain Struktur Tahan Gempa

        Photo Surce: architecture-building-concrete-154141 Photo by Josh Sorenson from Pexels

        Perkembangan konsep desain layan yang menggunakan konsep material izin, kontrol pada batas deformasi beban rencana saat ini sudah ditinggalkan dan beralih pada konsep desain ultimit yang berbasis kriteria keruntuhan material, kapasitas penampang untuk beban terfaktor.

        Dan yang terbaru saat ini adalah konsep desain gempa berbasis kinerja dimana daktilitas, kapasitas deformasi, dan kapasitas beban pada deformasi yang besar menjadi parameternya.

        Begitupula konsep desain bangunan tahan gempa berbasis gaya (force based seismic design) dinilai tidak efisien dan kurang cocok dengan kondisi riil. Dikarenakan pada kondisi riil perilaku keruntuhan struktur saat terkena gempa adalah inelastis (material non-linier).

        Hal ini mendorong adanya pengembangan konsep desain alternatif yang disebut Performance Based Seismic Design (PBSD). Salah satu metode pada PBSD yang baru-baru ini sedang genca-rgencarnya dikembangkan yaitu Direct Displacement Based Design (DDBD).

        Pada DDBD nilai displacement atau perpindahan lebih ditekankan sebagai acuan untuk menentukan kekuatan yang diperlukan bangunan terhadap gempa desain.

        Kelebihan konsep Desain berbasis kinerja yaitu memastikan Desain memenuhi tingkat kinerja yang disyaratkan, dimana konsep ini mampu memenuhi kapasitas layan dan kuat rencana. Sementara pada konsep desain tegangan ijin dan desain ultimit hanya memuaskan satu tingkat Desain, namun tidak memastikan bahwa tingkat desain lainnya akan terpenuhi.

        Perbedaan dari ketiga konsep tersebut di atas adalah sebagai berikut:

        1. Desain layan memastikan kapasitas material, defleksi, dan vibrasi pada saat beban layan bekerja masih di dalam batas ijin, tetapi tidak untuk kekuatan dan kekakuan.
        2. Desain ultimit menekankan pada faktor keamanan tertentu di dalam struktur atau penampang
        3. Desain berbasis kinerja memastikan struktur mampu memenuhi kapasitas layan dan kapasitas ultimit serta memenuhi tingkat kinerja yang ditentukan.

        REFERENSI

        [1] Tavio & Wijaya, Usman. (2018). Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja. Yogyakarta: ANDI.

        [2] ElAttar, A., Zaghw, A., Elansary, A. (2014). Comparison Between The Direct Displacement Based Design and The Force Based Design Methods in Reinforced Concrete Framed Structures. Second European Conference On Earthquake Engineering and Seismology. Istanbul.

        Penulis: Ir Heri Khoeri, MT
        Artikel ini merupakan bagian pertama dari 5 tulisan berkaitan konsep desain struktur tahan gempa. Berikut urutan tulisan selengkapnya :

        1. Perkembangan Konsep Desain Struktur Tahan Gempa
        2. Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based Seismic Design)
        3. Konsep Disain Struktur Tahan Gempa Berbasis Perpindahan (Direct Displacement Based Design)
        4. Respon Struktur Terhadap Gempa
        5. Idealisasi Respon Struktur Terhadap Gempa Menurut Sni-1726-2012

        Informasi tentang jasa desain struktur tahan gempa, silahkan menghubungi kami melalui:

        PT Hesa Laras Cemerlang

        Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
        Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
        Email: kontak@hesa.co.id
        Telp: (021) 8404531
        Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

        Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

        Tinggalkan Pesan

          Gelombang Cinta (Love Wave)

          Gelombang Cinta (Love Wave)

          Gelombang Love adalah gelombang permukaan (gelombang S) yang menjalar dalam bentuk gelombang transversal (penjalarannya paralel dengan permukaannya) [1]. Nama Love diberikan untuk menghormati Augustus Edward Hough Love (1863-1940), matematikawan asal Oxford. Beliau dianugrahi Adam prize setelah menemukan model gelombang permukaan jenis ini.

          Gelombang Cinta (Love Wave)

          Gambar 7 Ilustrasi gerak gelombang love (2)

          Gelombang love ada juga yang memberi simbol LQ yang merupakan singkatan dari Long karena gelombang permukaan mempunyai sifat periode panjang dan Q adalah singkatan dari Querwellen, yaitu nama lain dari Love seorang Jerman yang menemukan gelombang ini. Gelombang LQ menjalar sepanjang permukaan bebas dari bumi atau lapisan batas diskontinuitas antara kerak dan mantel bumi.

          Amplitudo gelombang LQ yang terbesar ada di permukaan dan mengecil secara eksponensial terhadap kedalaman. Dengan demikian pada gempa‐gempabumi dangkal amplitudo gelombang permukaann akan mendominasi.

          Dari hasil pengamatan gelombang permukaan ini diperoleh dua ketentuan utama baru yang menunjukkan bahwa bagian bumi berlapis-lapis dan tidak homogen. Ditemukan juga adanya perubahan dispersi kecepatan (velocity dispersion).

          Fakta menyebutkan bahwa gelombang L tidak dapat menjalar pada permukaan suatu media yang kecepatannya naik terhadap kedalaman. Oleh karena itu, gelombang L dan R tidak datang bersama‐sama pada suatu stasiun, tetapi gelombang yang mempunyai periode lebih panjang akan datang lebih dahulu. Dengan kata lain gelombang yang panjang periodenya mempunyai kecepatan yang tinggi.

          Gelombang seismik akan menjalar lebih cepat pada lapisan yang mempunyai nilai kecepatan lebih besar. Perbedaan lapisan bisa ditentukan juga dengan struktur batuan. Struktur batuan sungai (aluvial) atau cenderung lembek mempunyai tingkat amplifikasi gelombang permukaan cukup tinggi sehingga akan menimbulkan dampak getaran lebih kuat sekalipun lokasi kerusakan cukup jauh dari sumber gempa [3].

          Gambar Ilustrasi dampak permbatan gelombang gempa love

          REFERENSI 

          [1] Gadallah, M.R. and Fisher, R., 2009. Exploration Geophysics. Springer, Berlin.

          [2] Andrei, M., 2009. Invisibility cloak to give buildings protection against earthquakes, in Geology, Inventions, World Problems

          [3] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012. Gempabumi Edisi Populer

          Penulis : Ir. Heri Khoeri, MT.
          Tulisan ini adalah bagian ke sebelas dari sebuah pengantar tulisan selanjutnya tentang Bangunan Tahan Gempa.
          Daftar Tulisan Selengkapnya:

          1. Gempa Bumi
          2. Kekuatan Magnitudo Gempa Bumi
          3. Intensitas Gempa Bumi
          4. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
          5. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Dampak Gempa Bumi
          6. Jenis Gempa Bumi
          7. Gelombang Seismik
          8. Gelombang Gempa Bumi Primer (P-Wave)
          9. Gelombang Gempa Bumi Sekunder (S-Wave)
          10. Rayleigh Wave
          11. Gelombang Cinta (Love Wave)

          Informasi tentang Audit Struktur Bangunan Gedung, Tower, Dermaga, Jalan, silahkan menghubungi kami melalui:

          PT Hesa Laras Cemerlang

          Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
          Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
          Email: kontak@hesa.co.id
          Telp: (021) 8404531
          Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

          Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

          Tinggalkan Pesan

          [contact-form-7 id=”757″ title=”Contact fo

          Rayleigh Wave

          Rayleigh Wave

          Gelombang Rayleigh atau groundroll adalah gelombang yang menjalar di permukaan bumi dengan pergerakan partikelnya menyerupai ellip. Karena menjalar di permukaan, amplitudo gelombang rayleigh akan berkurang dengan bertambahaya kedalaman. Didalam rekaman seismik, gelombang Rayleigh dicirikan dengan amplitudonya yang besar dan dicirikan dengan frekuensi rendah.

          Rayleigh Wave

          Gelombang Rayleigh menjalar sepanjang permukaan bebas dari bumi atau lapisan batas diskontinuitas antara kerak dan mantel bumi. Amplitudo gelombang Rayleigh adalah yang terbesar pada permukaan dan mengecil secara eksponensial terhadap kedalaman. Dengan demikian pada gempa‐gempa dangkal amplitudo gelombang permukaan akan mendominasi.

          Dari hasil pengamatan gelombang permukaan ini diperoleh dua ketentuan utama baru yang menunjukkan bahwa bagian bumi berlapis-lapis dan tidak homogen. Ditemukan juga adanya perubahan dispersi kecepatan (velocity dispersion). Fakta menyebutkan bahwa gelombang L (gelombang permukaan) tidak dapat menjalar pada permukaan suatu media yang kecepatannya naik terhadap kedalaman. Oleh karena itu, gelombang L (Love) dan R (Rayleigh) tidak datang bersama‐sama pada suatu stasiun, tetapi gelombang yang mempunyai periode lebih panjang akan datang lebih dahulu. Dengan kata lain gelombang yang panjang periodenya mempunyai kecepatan yang tinggi.

          Gelombang seismik akan menjalar lebih cepat pada lapisan yang mempunyai nilai kecepatan lebih besar. Perbedaan lapisan bisa ditentukan juga dengan struktur batuan. Struktur batuan sungai (aluvial) atau cenderung lembek mempunyai tingkat amplifikasi gelombang
          permukaan cukup tinggi sehingga akan menimbulkan dampak getaran lebih kuat sekalipun lokasi kerusakan cukup jauh dari sumber gempa. [2]

          Ilustrasi dampak permbatan gelombang gempa rayleigh

          REFERENSI
          [1] Ettwein.V and Maslin.M. 2011. Physical Geography: Fundamentals Of The Physical Environment. London : University of London International Programmes
          [2] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012. Gempabumi Edisi Populer

          Penulis : Ir. Heri Khoeri, MT.
          Tulisan ini adalah bagian ke sepuluh dari sebuah pengantar tulisan selanjutnya tentang Bangunan Tahan Gempa.
          Daftar Tulisan Selengkapnya:

          1. Gempa Bumi
          2. Kekuatan (Magnitudo) Gempa Bumi
          3. Intensitas Gempa Bumi
          4. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
          5. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Dampak Gempa Bumi
          6. Jenis Gempa Bumi
          7. Gelombang Seismik
          8. Gelombang Gempa Bumi Primer (P-Wave)
          9. Gelombang Gempa Bumi Sekunder (S-Wave)
          10. Rayleigh Wave
          11. Gelombang Cinta (Love Wave)

          Informasi tentang Audit Struktur Bangunan Gedung, Tower, Dermaga, Jalan, silahkan menghubungi kami melalui:

          PT Hesa Laras Cemerlang

          Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
          Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
          Email: kontak@hesa.co.id
          Telp: (021) 8404531
          Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

          Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

          Tinggalkan Pesan

          [contact-form-7 id=”757″ title=”Contact fo

          Gelombang Gempa Bumi Sekunder

          Gelombang Gempa Bumi Sekunder

          Gelombang sekunder S merupakan gelombang transversal atau shear, gerakan partikelnya terletak pada suatu bidang yang tegak lurus dengan arah penjalarannya. Gelombang ini hanya dapat menjalar melalui medium padat karena medium cair dan gas tidak punya daya elasitas untuk kembali ke bentuk asal. Gelombang S terdiri dari dua komponen, yaitu gelombang SH dengan gerakan partikel horizontal dan gelombang SV dengan gerakan partikel vertikal [1].

          Gelombang P mampu menembus lapisan inti bumi sedangkan gelombang S tidak bisa dikarenakan sifatnya yang tak bisa menembus media cair pada inti bumi. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini:
          Gelombang Gempa Bumi Sekunder (S-Wave)

          Gambar Ilustrasi Perambatan gelombang gempa bumi melalui bagian dalam bumi dengan tanpa melewati daerah Zona bayangan (Shadow Zone)

          Kecepatan gelombang seismik bertambah dengan kedalaman, maka lintasan gelombang seismik akan berbentuk lengkungan cekung ke permukaan bumi. Kecepatan gelombang S (Vs) tergantung dari konstanta Lamda (), rigiditas (), dan densitas () medium yang dilalui, seperti pada table berikut:

          Tabel Harga dari konstanta elastis, densitas batuan, Poisson’s ratio, kecepatan seismik untuk beberapa material sedimen dengan umur geologi berbeda. Harga granit sebanding dengan harga tekanan 200 Mpa pada kedalaman 8 km, basalt 600 Mpa pada kedalaman 30 km [2]

          Gelombang sekunder (S) memiliki kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan gelombang primer, sehingga terdeteksi oleh seismograf setelah gelombang primer. Menurut Poisson kecepatan gelombang P mempunyai kelipatan dari kecepatan gelombang S. Kecepatan gelombang S adalah 3-4 km/s di kerak bumi, lebih besar dari 4,5 km/s di dalam mantel bumi, dan 2,5-3 km/s di dalam inti bumi. Kecepatan gelombang S dapat di tunjukkan dengan persamaan berikut ini [3]:

          Dengan Vs adalah kecepatan gelombang S (m/s), µ adalah modulus geser (N/m2),dan ρ adalah kerapatan material yang dilalui gelombang (kg/m3).

          Ilustrasi gelombang S seperti ditunjukkan oleh gambar berikut:

          Gambar Ilustrasi Gerak Gelombang Gempa Sekunder (S)

          Di bandingkan dengan gelombang P, gelombang S inilah yang paling merusak.Gelombang ini mampu mendorong lapisan tanah ke beberapa sisi dan membuatnya merekah.

          Ilustrasi Gerak Gelombang Gempa Sekunder dapat menyebabkan tanah bergoyang ke atas ke bawah dan ke samping

          REFERENSI 

          [1] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012. Gempa bumi Edisi Populer

          [2] NMSOP, 2002, New Manual of Seismological Observatory Practice, revised version, electronically published 2009.

          [3] Kayal, J.R. (2008). Earthquakes and Seismic Waves of Microearthquake Seismology And Seismotectonics Of South Asia. New Mexico: Springer.

          Penulis : Ir. Heri Khoeri, MT.
          Tulisan ini adalah bagian ke sembilan dari sebuah pengantar tulisan selanjutnya tentang Bangunan Tahan Gempa.
          Daftar Tulisan Selengkapnya:

          1. Gempa Bumi
          2. Kekuatan (Magnitudo) Gempa Bumi
          3. Intensitas Gempa Bumi
          4. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
          5. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Dampak Gempa Bumi
          6. Jenis Gempa Bumi
          7. Gelombang Seismik
          8. Gelombang Gempa Bumi Primer (P-Wave)
          9. Gelombang Gempa Bumi Sekunder (S-Wave)
          10. Rayleigh Wave
          11. Gelombang Cinta (Love Wave)

          Informasi tentang Audit Struktur Bangunan Gedung, Tower, Dermaga, Jalan, silahkan menghubungi kami melalui:

          PT Hesa Laras Cemerlang

          Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
          Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
          Email: kontak@hesa.co.id
          Telp: (021) 8404531
          Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

          Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

          Tinggalkan Pesan

          [contact-form-7 id=”757″ title=”Contact fo

          Gelombang Gempa Bumi Primer (P-Wave)

          Gelombang Gempa Bumi Primer (P-Wave)

          Gelombang primer P merupakan gelombang longitudinal atau gelombang kompresional, gerakan partikelnya sejajar dengan arah perambatannya. Gelombang primer P merupakan Gelombang bodi menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar ke segala arah di dalam bumi [1].

          Gelombang Gempa Bumi Primer (P-Wave)

          Sifat penjalaran gelombang P yang langsung adalah bahwa gelombang ini akan menjadi hilang pada jarak lebih besar dari 130°, dan tidak terlihat sampai dengan jarak kurang dari 140°.

          Hal tersebut disebabkan karena adanya inti bumi. Gelombang langsung P akan menyinggung permukaan inti bumi pada jarak 103° dan pada jarak yang akan mengenai inti bumi pada jarak 144°.

          Gelombang P akan timbul kembali, yaitu gelombang yang menembus inti bumi dengan dua kali mengalami refraksi. Menghilangnya gelombang P pada jarak 103° memungkinkan untuk menghitung kedalaman lapisan inti bumi.

          Gambar Ilustrasi Perambatan gelombang gempa bumi melalui bagian dalam bumi dengan tanpa melewati daerah Zona bayangan (Shadow Zone)

          Guttenberg (1913) mendapatkan kedalaman inti bumi 2.900 km. Telah didapatkan pula bahwa batas mantel dengan inti bumi merupakan suatu diskontinuitas yang tajam.

          Daerah antara 103° ‐ 144° disebut sebagai Shadow Zone, walaupun sebenarnya fase yang lemah dapat pula terlihat di daerah ini.
          Walaupun gelombang bodi dapat menjalar ke segala arah di permukaan bumi, namun tetap tidak dapat menembus inti bumi sebagai gelombang transversal.

          Keadaan ini membuktikan bahwa inti luar bumi berupa fluida. Untuk penelitian tetap diasumsikan keadaan homogen, yaitu bagian luar bumi dan inti bumi (dua media homogen yang berbeda).

          Kadang ‐ kadang juga ditemui suatu fase yang kuat di daerah Shadow Zone sampai ke jarak kurang lebih 110°. Karena adanya fase inilah pada tahun 1930 ditemukan media lain, yaitu inti dalam.

          Batas dari inti dalam ini terdapat pada kedalaman 5.100 km. Diperkirakan kecepatan gelombang seismik di inti dalam lebih tinggi daripada di inti luar. Untuk membedakan dan identifikasi, maka perlu pemberian nama untuk gelombang seismic yang melalui inti bumi luar dan dalam.

          Kecepatan gelombang seismik bertambah dengan kedalaman, maka lintasan gelombang seismik akan berbentuk lengkungan cekung ke permukaan bumi. Seperti sudah dijelaskan di atas, kecepatan gelombang P (Vp) tergantung dari konstanta Lame (), rigiditas (), dan densitas () medium yang dilalui, seperti pada tabel berikut:

          Tabel Harga dari konstanta elastis, densitas batuan, Poisson’s ratio, kecepatan seismik untuk beberapa material sedimen dengan umur geologi berbeda. Harga granit sebanding dengan harga tekanan 200 Mpa pada kedalaman 8 km, basalt 600 Mpa pada kedalaman 30 km [2]

          Gelombang primer (P) memiliki kecepatan paling tinggi di antara gelombang lainnya dan gelombang primer adalah gelombang yang pertama kali terdeteksi oleh seismograf. Kecepatan gelombang P antara 4–7 km/s di kerak bumi, lebih besar dari 8 km/s di dalam mantel dan inti bumi, lebih kurang 1,5 km/s didalam air dan lebih kurang 0,3 km/s di udara.

          Kecepatan penjalaran gelombang P dapat ditulis dengan persamaan (Kayal, 2008) :

           

           

           

           

          dengan adalah vp kecepatan gelombang P (m/s), k adalah modulus bulk (N/m2 ) , µ adalah modulus geser (N/m2 ), dan ρ adalah kerapatan material yang dilalui gelombang (kg/m3 ).

          Gambar Ilustrasi Gerak Gelombang Gempa Primer (P)

           

          Gambar 4 Ilustrasi gerakan bolak-balik yang dihasilkan saat gelombang P bergerak di sepanjang permukaan dapat menyebabkan tanah begelombang dan patah

          REFERENSI
          [1] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012. Gempa bumi Edisi Populer
          [2] NMSOP, 2002, New Manual of Seismological Observatory Practice, revised version, electronically published 2009.
          [3] Kayal, J.R. (2008). Earthquakes and Seismic Waves of Microearthquake Seismology And Seismotectonics Of South Asia. New Mexico: Springer.

          Penulis : Ir. Heri Khoeri, MT.
          Tulisan ini adalah bagian ke delapan dari sebuah pengantar tulisan selanjutnya tentang Bangunan Tahan Gempa.
          Daftar Tulisan Selengkapnya:

          1. Gempa Bumi
          2. Kekuatan (Magnitudo) Gempa Bumi
          3. Intensitas Gempa Bumi
          4. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
          5. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Dampak Gempa Bumi
          6. Jenis Gempa Bumi
          7. Gelombang Seismik
          8. Gelombang Gempa Bumi Primer (P-Wave)
          9. Gelombang Gempa Bumi Sekunder (S-Wave)
          10. Rayleigh Wave
          11. Gelombang Cinta (Love Wave)

          Informasi tentang Audit Struktur Bangunan Gedung, Tower, Dermaga, Jalan, silahkan menghubungi kami melalui:

          PT Hesa Laras Cemerlang

          Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
          Jl. Condet Raya No. 27,  Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
          Email: kontak@hesa.co.id
          Telp: (021) 8404531
          Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp

          Atau tinggalkan pesan dibawah ini:

          Tinggalkan Pesan