ANALISIS STRUKTUR adalah proses untuk mengetahui respons atau perilaku struktur (seperti: reaksi perletakan, gaya dalam dan deformasi) akibat beban-beban tertentu atau kombinasi beban yang bekerja pada struktur tersebut.
Sedangkan DESAIN STRUKTUR adalah proses untuk memilih dan menentukan sistem struktur dengan spesifikasi yang tepat yang membuat struktur aman, tahan lama, dan ekonomis, termasuk pemilihan dan penentuan bahan, teknologi, geometri, dimensi-dimensi untuk seluruh elemen struktur yang membentuk sistem struktur agar mampu bertahan selama umur rencana struktur tersebut.
Informasi tentang Jasa dam Konsultasi tentang Analisis dan Desain Struktur dapat menghubungi kami melalui:
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp
Pemeriksaan struktur jembatan adalah bagian penting untuk memastikan kesehatan dan keandalan bangunan jembatan, demi keamanan dan kenyamanan penggunanya. Sebab, jembatan merupakan sarana vital dalam transportasi darat, sehingga harus diberikan perhatian yang cukup intens dan teliti dalam hal perawatan dan pemeliharaannya. Untuk beberapa hal tertentu, jembatan juga perlu mendapatakan pemeriksaan yang detail jika terdapat indikasi kegagalan struktur.
Proses pemeriksaan secara detail dan menyeluruh tersebut adalah bagian kerja dari Assesmen Jembatan.
Lingkup Kerja Pemeriksaan Struktur Jembatan
Proses tahapan dan lingkup assesmen struktur jembatan terdiri atas:
Data Collecting
Yaitu mengumpulkan beberapa data yang nantinya akan dibutuhkan untuk evaluasi terhadap struktur jembatan. Data yang dikumpulkan diantaranya adalah:
data Perencanaan;
data pengawasan saat konstruksi;
informasi lalu lintas pada jembatan selama beroperasi;
Testing
Yaitu, melaksanakan pengujian-pengujian lapangan, dengan metode destructive dan nondestructive test:
mengamati, mengukur dan mencatat seluruh temuan defect dan deviasi atas gambar rencana
melakukan pengujian material on site dengan NDT seperti Hammer test, UPVT, pulse echo, half cell, brinell
melakukan verifikasi geometri dan kedalaman pondasi dengan metode Ground Penetrating Radar (GPR);
Investigation
Yaitu melakukan penyelidikan lapangan, baik pada site dan sekitar site dengan mengumpulkan beberapa sampel :
Mengambil sampling material baja dan beton, dengan metode coredrill, untuk diuji di laboratorium material;
Melakukan soil investigasi di lapangan, dari hasil aktivitas ini akan didapatkan soil sampling yang selanjutnya digunakan untuk pengujian tanah di lab;
Menjalankan verifikasi integritas dan daya dukung pondasi dengan metode Seismic Shock test;
Analisis
Yaitu menkompilasi seluruh data yang telah didapatkan, untuk pembuatan model struktur dan pembebanan yang kemudian akan dibuat simulasi dengan menggunakan perangkat lunak.
Memverifikasi model dengan membandingkan hasil simulasi dengan kondisi aktual
Konklusi dari Pemeriksaan Struktur Jembatan
Dari hasil pengujian, penyelidikan dan analisis yang telah dilakukan maka akan didapatkan laporan tentang:
Faktor yang menentukan penyebab utama kegagalan struktur jembatan;
Menentukan potensi lain yang dapat menyebabkan kegagalan jembatan’
Membuat rekomendasi perbaikan atau perkuatan atau penggantian jembatan.
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0812 9144 2210 or follow this link : Hesa Admin
Artikel tentang Cara Pemeriksaan Gedung Pasca Gempa ini kami buat atas dasar pertanyaan dari banyaknya pihak yang mengajukan pertanyaan kepada kami, tentang “Apa Yang Harus Dilakukan Pemilik Bangunan Atau Building Management Pasca Gempa?”
Pasca terjadinya gempa, ada baiknya pemilik gedung atau penyewa ataupun building management suatu gedung bertingkat memeriksa kerusakan yang terjadi pada struktur bangunan.
Langkah-Langkah Pemeriksaan Gedung Pasca Gempa
Pemeriksaan awal dapat dilakukan secara visual untuk memastikan keamanan kondisi bangunan pasca-gempa, dimulai dari mengecek struktur utama yang terlihat.
Yang Pertama: Kolom atau Tiang
Yang biasanya langsung bisa diamati adalah kolom atau tiang.
Jika kondisi dan bentuknya tak berubah, berarti tak ada masalah.
Jika ada retakan harus dilihat lebih lanjut, apakah ada retakan atau tidak.
Jika terdapat retak lihat dengan seksama apakah retaknya hanya di permukaan saja ataukah ada kemungkinan sampai ke dalam.
Kalau yakin hanya di permukaan, artinya hanya bagian material finishing-nya saja yang rusak (misalkan hanya plesterannya atau material pembungkus lainnnya saja yang rusak.
Namun jika terlihat retak cukup dalam (sampai terlihat pembesiannya) atau secara kasat mata terlihat perubahan bentuk kolom misalkan miring atau bengkok sebaiknya anda waspada dan mengisolasi area tersebut.
Dalam kondisi kerusakan seperti gambar diatas ini, sebelum dilakukan perbaikan, maka harus dilakukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan bahwa struktur masih bisa diperbaiki atau tidak, agar perbaikan yang dilakukan tidak sia-sia atau sebaiknya langsung diganti saja.
Yang Kedua: Lantai Dasar
Yang dapat langsung diamati adalah lantai dasar.
Jika terjadi perubahan elevasi permukaan lantai, misalnya bergelombang, atau amblas, atau pecah dan posisinya di sekitar kolom, bisa jadi karena adanya kerusakan atau pergeseran ataupun penurunan pondasi.
Tapi tidak perlu khawatir lebih dulu, kalau tidak ada kerusakan pada kolom, belum tentu itu akibat kerusakan atau pergeseran pondasi.
Dan setelah pemeriksaan berikutnya yaitu balok (akan dijelaskan berikutnya) jika tidak ditemukan kerusakan, maka tak perlu khawatir kerusakan yang ada hanya pada lantai dasarnya saja.
Jika terjadi kerusakan pada lantai, untuk memastikan bahwa hal tersebut bukan kerusakan pondasi, lakukan pemeriksaan dengan seksama adakah kerusakan pada kolom terdekat.
Jika tidak ada, periksa apakah apakah ada retak pada balok dan sambungan balok kolom.
Jika tidak ada kerusakan pada kolom dan balok, kemungkinan hanya penurunan tanah di bawah penutup lantai saja, maka tidak berpotensi mengakibatkan keruntuhan struktur.
Balok adalah bagian struktur bangunan yang menahan beban pelat lantai.
Balok yang melintang menghubungkan satu kolom dan kolom lainnya disebut balok induk. Sedangkan balok anak, biasanya lebih kecil, difungsikan untuk membagi beban jika bentangan pelat lantai terlalu panjang dan biasanya menahan beba pada dua balok induk di ujung-ujungnya.
Untuk memeriksa balok umumnya harus membongkar plafond.
Agar tidak terlalu banyak membongkar palfond, utamakan pengecekan pada bagian sambungan balok (induk) dengan kolom. Periksa apakah kondisi sambungan antara balok dan kolom dan kondisi di ujung-ujung balok dekat kolom dalam keadaan baik, tidak ada retakan dan pergeseran.
Keretakan pada sambungan balok yang tidak membahayakan, karena hanya bagian permukaan, bagian finishingnya saja yang rusak, dapat langsung diperbaiki dan dirapihkan kembali.
Namun untuk meyakinkan, pastikan adakah penurunan balok ataupun pergeseran pada balok, jika tidak ada dapat langsung diperbaiki dan dirapihkan kembali
Ketiga elemen struktur di atas kolom, balok dan pondasi adalah elemen struktur yang jika mengalami kerusakan dapat mengakibatkan keruntuhan bangunan, sehingga pemeriksaan atas elemen-elemen tersebut harus diprioritaskan.
Keempat : Tangga
Pastikan sambungan antara tangga dengan balok atau lantai dalam keadaan baik, tidak ada retakan besar dan pergeseran.
Jika yakin yang terjadi hanya retakan kecil, tak perlu khwatir, namun jika terjadi retakan besar sebaiknya jangan dilewati sebelum dilakukan perbaikan dan perkuatan, gunakan akses naik lainnya.
Walaupun kerusakan tangga tidak menyebabkan potensi keruntuhan struktur, namun keruntuhan tangga bisa sangat membahayakan.
Kelima : Atap
Yang dapat diamati dengan mudah adalah penutup atap.
Perhatikan apakah terjadi perubahan bentuk ataupun pergeseran pada penutup atap. Kerusakan pada rangka atap biasanya berhubungan dengan tumpuan di bawahnya, yaitu kolom dan balok.
Selama kolom dan balok baik-baik saja, seharusnya tak ada masalah.
Namun, taka da salahnya memastikan rangka atapnya, tentunya harus dilihat dari bawah, biasanya dengan membongkar plafond. Pastikan tidak ada sambungan rangka yang lepas.
Jika ada penutup genteng yang melorot atau seng yang lepas sebagian material penutup atap yang jatuh, selama rangkanya baik-baik saja, tak perlu khawatir, cukup lakukan perbaikan setempat.
Selanjutnya perhatikan langit-langit atau plafon, pastikan tidak ada retakan, jika ada cukup lakukan perbaikan setempat, walaupun tidak berpotensi mengakibatkan keruntuhan struktur, tetap saja jika jatuh bisa saja menimpa dan mencederai sesorang.
Elemen bangunan lainnya seperti dinding, jendela, pintu, kusen, plafon, partisi dan lantai disebut elemen non-struktur.
Elemen non struktur yang mudah terlihat untuk diamati kerusakannya karena gempa adalah dinding dan jendela. Jika kerusakannya dalam skala kecil seperti sebagian dinding retak, jendela kaca pecah atau plafon jatuh, tak perlu khawatir selama struktur utama (kolom, balok, atap dan pondasi) masih dalam kondisi baik.
Bahkan seandainya ada dinding yang ambruk pun, jangan terlalu khawatir, cukup lakukan renovasi pada lokasi-lokasi yang mengalami kerusakan saja.
Tapi kalimat “jangan terlalu khawatir” bukan berati diartikan tidak perlu diperbaiki, tetap saja yang namanya kerusakan bangunan sebaiknya segera diperbaiki, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, misalnya kitchen set jatuh karena retakan dinding, lampu gantung jatuh karena retakan lantai ataupun hal-hal lainnya yang berpotensi mencederai penggunanya.
Jika setelah dilakukan pengecekan awal pada struktur bangunan tidak ditemukan indikasi kerusakan pada elemen-elemen struktur, berarti bangunan dalam kondisi aman, cukup lakukan perbaikan pada lokasi-lokasi yang mengalami kerusakan.
Tapi jika ditemukan kerusakan pada elemen struktur seperti kolom retak cukup dalam, lantai di bawah kolom naik/ turun, sambungan balok dengan kolom retak pada banyak lokasi segera hubungi profesional:
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines :0812 9144 2210 atau 0811 888 9409
or follow this link : https://linktr.ee/hesa.lc
Sebagai Konsultan Perencana, pada tahap awal kami akan menjaring informasi selengkap-lengkapnya atas keinginan pengguna jasa, seperti: fungsi, budget, alokasi waktu pelaksanaan, data-data teknis yang tersedia dan lain-lain, sehingga apa yang akan didisain sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengguna jasa.
Dalam suatu perancangan, setidaknya hal-hal berikut ini yang akan dipertimbangkan:
1. ESTETIKA
Dasar keindahan dan keserasian bangunan yang akan memberikan kebanggan pada pemiliknya
2. FUNGSIONAL
Disesuaikan dengan pemanfaatannya dan penggunaanya sehingga memberikan rasa nyaman
3. STRUKTURAL
Struktur yang kuat dan mantap shg memberikan rasa aman untuk tinggal di dalamnya
4. EKONOMIS
Pendemensian (ukuran struktur) yang proporsional dan pemakaian bahan yang sesuai sehingga bangunan awet mempunyai umur yang panjang, pemeliharaan yang mudah.
Konsep dasar rancang bangun adalah suatu hasil kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu yang dirangkum dalam bentuk rancangan.
Gagasan dasar muncul dari kreativitas arsitek, baik dalam bentuk intuisi maupun dalam bentuk pemrograman. Rancangan yang dihasilkan selanjutnya diekspresikan dalam satu atau beberapa alternatif lay out bangunan, dimana bentuknya dihasilkan dari pertimbangan rumusan konsep-konsep sistem bangunan (arsitektural, struktural, mekanikal dan elektrikal) dan lingkungan sekitar yang tentunya disesuaikan dengan peruntukan bangunan.
Gambar Integrasi Sistem Bangunan Dalam Rancangan
Secara umum tahapan perencanaan meliputi hal-hal yang akan dipaparkan berikut ini:
Persiapan atau konsepsi perencanaan, seperti:
Pengumpulan data dan informasi lapangan
Membuat interpretasi secara garis besar terhadap keinginan pengguna jasa
Menyusun program kerja perencanaan
Menyusun konsep perencanaan, sketsa dan gagasan
Konsultasi dengan pemerintah daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perizinan bangunan;
Penyusunan pra-rencana, meliputi pekerjaan sebagai berikut:
membuat rencana tapak
Prarencana bangunan
Perkiraan biaya
Informasi perizinan sampai mendapatkan advice planning dan keterangan persyaratan bangunan dan lingkungan dari pemerintah daerah setempat.
Penyusunan pengembangan rencana:
Gambar rencana arsitektur;
Gambar rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
Gambar rencana utilitas, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
Garis besar spesifikasi teknis;
Perkiraan biaya (cost plan)
Penyusunan rencana detail,
Gambar-gambar detail;
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
Rincian volume dan rencana anggaran biaya (RAB) pekerjaan konstruksi fisik dan metode kerja
Petunjuk operasional dan perawatan
Pengawasan berkala, tanggung jawab perencana tidak serta merta selesai setelah dokumen perencanaan selesai, namun menurut Undang-undang jasa konstruksi perencana tetap memiliki tanggung jawab selama 10 (sepuluh) tahun tidak boleh terjadi kegagalan konstruksi. Sehingga untuk memastikan bahwa apa yang di bangun oleh kontraktor sesuai dengan yang direncanakan, perencana perlu melakukan pengawasan secara berkala.
Kualitas perencana akan ditentukan oleh kepuasan pengguna jasanya. Untuk meminimalisir kemungkinan adanya miss interpretasi antara perencana dengan pengguna jasa, maka dalam setiap tahapan yang disampaikan di atas, sebelum melangkah ke tahap selanjutnya selalu didiskusikan dengan pengguna jasa.
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1 Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia Email: kontak@hesa.co.id Telp: (021) 8404531 Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp
Analisis Dinamik Riwayat Waktu adalah suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respon dinamik struktur bangunan gedung yang berperilaku linear atau nonlinier terhadap gerakan tanah akibat Gempa.
Rencana sebagai data masukan, di mana respon dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metode integrasi bertahap.
Beban gempa merupakan fungsi dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada struktur gedung juga tergantung dari waktu pembebanan.
Akibat beban Gempa Rencana maka struktur akan tetap berperilaku elastik untuk analisis linear dan berperilaku inelastik untuk analisis nonlinear. Biasanya analisis riwayat waktu lebih sering digunakan untuk kondisi nonlinear, namun tidak jarang juga digunakan untuk kondisi linear saja.
Untuk mendapatkan respon struktur akibat pembebanan dari rekamAccelerograms, (accelogram; perekaman akselerasi gerakan dasar bumi pada saat gempa terjadi) penggunaan modal analisis tidak dapat dilakukan, integrasi numerik langsung dengan memperhatikan struktur sebagai persamaan couple adalah dasar dari analisis Time History dimana metode integrasi yang umumnya digunakan adalah metode Newmark.
Dalam RSNI Gempa 1726: 2012 disyaratkan paling sedikit tiga gerak tanah yang sesuai harus digunakan dalam analisis.
Kondisi lokasi, geologi, topografi dan seismotektoniknya dipilih yang sesuai dengan lokasi tempat struktur gedung yang ditinjau berada.
Hal ini untuk mengurangi ketidakpastian mengenai kondisi lokasi. Maka paling sedikit harus ditinjau 3 buah akselerogram dari 3 gempa yang berbeda.
Jika rekaman gempa yang didapatkan tidak cukup, diperbolehkan menggunakan rekaman gempa buatan yang disesuaikan dengan respon spectrum di lokasi struktur berada.
Rekam gempa yang digunakan juga harus dimodifikasi puncak percepatannya hingga sekurang-kurangnya setara terhadap spektrum SNI. Beban gempa adalah fungsi waktu, sehingga respon pada struktur juga tergantung dari waktu pembebanan. Contoh rekam gempa asli dan rekam gempa yang telah dimodifikasi:
Hasil gambar untuk ACCELEROGRAMGambar 1 Riwayat waktu gempa yang terekam accelerogram dan gempa hasil simulasi (modifikasi)
Analisis Dua Dimensi
Apabila analisis dua dimensi dilakukan maka setiap gerak tanah harus terdiri dari riwayat waktu percepatan tanah horisontal yang diseleksi dari rekaman gempa aktual. Percepatan tanah yang sesuai harus diambil dari rekaman peristiwa gempa yang memiliki magnitudo, jarak patahan, dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan.
Apabila jumlah rekaman gerak tanah yang sesuai tidak mencukupi maka harus digunakan rekaman gerak tanah buatan untuk menggenapi jumlah total yang dibutuhkan.
Gerak-gerak tanah tersebut harus diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons dengan redaman 5 persen dari semua gerak tanah yang sesuai di situs tersebut tidak boleh kurang dari spektrum respons desain setempat untuk rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T , di mana T adalah perioda getar alami struktur dalam ragam getar fundamental untuk arah respons yang dianalisis.
Analisis tiga dimensi
Apabila analisis tiga dimensi dilakukan maka gerak tanah harus terdiri dari sepasang komponen percepatan tanah horisontal yang sesuai, yang harus diseleksi dan di skalakan dari rekaman peristiwa gempa individual.
Gerak tanah yang sesuai harus diseleksi dari peristiwa-peristiwa gempa yang memiliki magnitudo, jarak patahan, dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan.
Apabila jumlah pasangan rekaman gerak tanah yang sesuai tidak mencukupi maka harus digunakan pasangan gerak tanah buatan untuk menggenapi jumlah total yang dibutuhkan.
Untuk setiap pasang komponen gerak tanah horisontal, suatu spektrum SRSS harus dibuat dengan mengambil nilai SRSS dari spektrum respons dengan 5 persen faktor redaman untuk komponen-komponen gerak tanah yang telah diskalakan (di mana faktor skala yang sama harus digunakan untuk setiap komponen dari suatu pasangan gerak tanah).
Setiap pasang gerak-gerak tanah tersebut harus diskalakan sedemikian rupa sehingga pada rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T , nilai rata-rata spektrum SRSS dari semua pasang komponen horizontal tidak boleh kurang dari nilai ordinat terkait pada spektrum respons yang digunakan dalam desain, yang ditentukan sesuai dengan 6.4 atau 6.9.
Untuk situs yang berada dalam jarak 5 km dari patahan aktif yang menjadi sumber bahaya gempa, setiap pasangan komponen gerak tanah harus dirotasikan ke arah normal-patahan dan arah sejajar-patahan sumber gempa dan harus diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata komponen normal patahan tidak kurang dari spektrum respons gempa MCER untuk rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T .
Referensi:
[1] SNI 1726:2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1 Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia Email: kontak@hesa.co.id Telp: (021) 8404531 Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp
Pengertian Respons Spektrum adalah plot suatu spectrum yang disajikan dalam bentuk grafik/plot antar periode getar struktur T, lawan respons-respons maksimumnya untuk suatu rasio redaman dan beban gempa tertentu [1].
Respon-respon maksimum dapat berupa simpangan maksimum (spectral displacement, SD), kecepatan maksimum (spectral velocity, SV) atau percepatan maksimum (spectral acceleration, SA) suatu massa struktur dengan derajat kebebasan tunggal (single degree of freedom, SDOF).
Terdapat dua macam respons spektrum yaitu respons spektrum elastik dan respons spektrum inelastik.
Spektrum elastik adalah suatu spektrum respons spektrum yang didasarkan atas respon elastik suatu struktur dengan SDOF, berdasarkan rasio redaman dan beban gempa tertentu.
Sedangkan spektrum inelastik juga disebut desain respons spektrum yaitu spektrum diturunkan dari spektrum elastik dengan tingkat daktilitas tertentu.
Yang Mempengaruhi Respons Spektrum
Respons spektrum dipengaruhi oleh beban gempa, rasio redaman , periode getar , daktilitas , dan kondisi tanah . ehingga suatu spektrum maksimum suatu gempa tertentu kadang-kadang dinyatakan dalam fungsi:
Spektrum Simpangan, SD
Gambar 1 Struktur SDOF dibebani Beban GempaGambar a) Struktur SDOF b) Rekaman gempa sebagai gaya yang bekerja pada model SDOF c) model matematika struktur SDOF d) Free body diagram dan e) hubungan linier elastik antara antara gaya dan simpangan atau antara gaya dan kecepatan yang menghasilkan kekakuan dan koefisien redaman.
Persamaan differensial gerakan struktur SDOF akibat gerakan tanah/ gempa sebagai berikut:
Atau dapat dinyatakan dalam bentuk lain:
Menurut prinsip analisis dinamika struktur terdapat hubungan:
Apabila k dan m diketahui maka frekuensi sudut w struktur dapat dihitung:
Maka persamaaan SDOF menjadi:
Persamaan diferensial struktur SDOF akibat beban dinamik F(t) dapat diselesaikan dengan prinsip Duhamel’s Integral dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana: adalah damped frequency yang mempunyai hubungan:
Antara percepatan, massa dan gaya memiliki hubungan linier, maka:
Contoh riwayat simpangan (displacement history) akibat gempa EL CENTRO NSC adalah seperti yang disajikan pada gambar berikut:
Gambar 2 Riwayat Simpangan (Displacement history) struktur SDOF
Dari gambar diatas terlihat bahwa simpanganb berubah-ubah menurut fungsi waktu dan simpangan berubah-ubah menurut periode getar struktur T. Pada T yang lebih kecil atau struktur lebih kaku, maka simpangannya akan lebih kecil dibandingkan struktur dengan T yang lebih besar, atau sebaliknya.
Respon struktur akan mirip mengikuti intensitas bebannya. Pada saat intesnsitas beban besar, maka responnya pun akan mengikuti besar. Pada saat tertentu akan dicapai respon (simpangan) maksimumnya. Simpangan maksimum inilah yang diperlukan pada spectrum simpangan, dan biasa dinyatakan dengan:
Setelah riwayat simpanganb diperoleh, integrasi numerik dapat dilakukan pula untuk menghitung riwayat kecepatan dan riwayat percepatan massa. Dengan shorting maka kecepatan dan percepatan maksimum dapat diketahui yang hasilnya itulah menjadi spectral kecepatan SV dan spectral percepatan SA, yang dapat ditulis dalam bentuk:
Pseudo Spektral Kecepatan, PSV dan Percepatan, PSA
Untuk penyederhanaan digunakan hubungan:
Hubungan diatas hanya bersifat pendekatan karena riwayat percepatan dan riwayat kecepatan tidak akan berlangsung dengan phase yang sama dengan riwayat simpangan. Dari hubungan tersebut kemudian dianalogikan bahwa:
Dengan PSV dan PSA berturut-turut adalah Pseudo Spektral Kecepatan dan Percepatan. Dimana maksud Pseudo spectral adalah spectral yang sifatnya maya atau hanya berupa perkiraan.
Gambar 3 Perbandingan antara ground acceleration dengan PSA
Gambar 6 Smoothed response spectrum dari beberapa gempa
Aplikasi Response Spectrum dalam Analisis Gempa
Prosedur analisis spektrum respons ragam seperti diatur dalam SNI 1726:2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1 Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia Email: kontak@hesa.co.id Telp: (021) 8404531 Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp
Artikel ini kami buka dengan beberapa pertanyaan berikut ini :
MENGAPA BANGUNAN TAHAN GEMPA HARUS BERPERILAKU DAKTAIL?
APA ITU DAKTAIL?
BAGAIMANA PERILAKU DAKTAI TERSEBUT?
Berdasarkan konsep desain bangunan tahan gempa yang berlaku saat ini, struktur bangunan tahan gempa harus terbuat dari sistem struktur yang perilakunya daktail.
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup,sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Perilaku ini cukup penting karena saat pelelehan elemen struktur terjadi maka terjadi pula peresapan energi gempa oleh struktur.
Saat terjadi gempa, daktilitas akan mempertahankan kekuatan dan kekakuan pada struktur sehingga struktur gedung tetap berdiri walaupun telah berada pada ambang keruntuhan.
Gambaran struktur daktail (Kantor Pusat Bank Sulteng) dan struktur yang getas (Hotel Roa Roa) paska terkena goncangan gempa palu, 2018, seperti gambar berikut:
Gambar 1 Struktur daktail dan struktur getas [1] Gedung Kantor Pusat Bank Sulteng dan Hotel Roa Roa di Palu
Struktur dengan daktilitas tertentu akan memungkinkan terjadinya sendi plastis secara bertahap pada elemen-elemen struktur yang telah ditentukan.
Dengan terbentuknya sendi plastis pada struktur, maka struktur akan mampu menahan beban gempa yang besar tanpa memberikan kekuatan berlebihan pada elemen struktur karena energi kinetik akibat gerakan tanah yang diterima akan diserap oleh sendi plastis tersebut.
Semakin banyak sendi plastis yang terjadi pada struktur maka semakin banyak pula energi yang diserap oleh struktur.
Agar struktur gedung memiliki daktilitas yang tinggi, maka harus direncanakan sendi plastis yang terjadi berada pada balok-balok dan bukan terjadi pada kolom, kecuali pada kaki kolom paling bawah dan bagian atas kolom penyangga atap (Gambar 2).
Gambar 2 Mekanisme keruntuhan ideal suatu struktur gedung dengan sendi plastis terbentuk pada ujung-ujung balok, kaki kolom [2]Hal ini dapat terjadi jika bangunan didesain dengan kapasitas kolom-kolom melebihi kapasitas balok yang bertemu pada kolom tersebut (Strong Column Weak Beam). Selain itu displacement yang yang terjadi harus dijaga batasannya agar menjaga integrasi bangunan dan bertambahnya momen akibat P-Δ efek.
Rasio antara simpangan maksimum struktur (Xmax) terhadap simpangan struktur pada saat terjadi sendi plastis yang pertama (Xy) dinyatakan sebagai faktor daktilitas (μ).
Untuk mendapatkan gambaran perilaku struktur dari saat struktur masih linear elastis, pelelehan pertama pada elemen struktur sampai dengan keruntuhannya saat terkena goncangan gempa dapat dilakukan dengan analisis non linear static dengan metode analisis gaya dorong static (pushover analysis). Analisis pushover lebih lanjut dapat dibaca pada artikel Hesa berikut ini :
Bagaimana struktur bangunan beton mengalami keruntuhan pada saat gempa?
Tulangan baja di dalam kolom beton merupakan faktor kunci dalam kekuatan bangunan beton. Di bawah ini adalah perbandingan kolom getas dan kolom daktail dan bagaimana perilaku keduanya saat diguncang gempa bumi.
Gambar 3 Ilustrasi Penulangan Kolom Getas dan Kolom Daktail [3]
Perilaku kolom getas dan kolom daktail saat diguncang gempa bumi seperti ilustrasi berikut:
Gambar 4 Ilustrasi perilaku kolom getas dan kolom daktail saat diguncang gempa bumi [4]
Referensi:
[1] Dokumentasi Gempa Palu, 2018. Kantor Pusat Bank Sulteng dan Hotel Roa Roa
[2] SNI 1726: 2012, Tata Cara Perencanaan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0812 9144 2210 or follow this link : https://linktr.ee/hesa.lc
Korosi pada beton bertulang terjadi karena struktur beton terpapar oleh kondisi lingkungan yang agresif seperti lokasi bangunan yang dekat dengan laut, berada di lingkungan dengan keasaman yang tinggi, didekat jalan raya, dan berbagai faktor lainnya. Kerusakan bisa terjadi dalam bentuk retak dan terkelupasnya selimut beton yang disebabkan proses korosi sudah terjadi di dalam tulangan.
Mencegah dan Mengatasi Kerusakan Beton Karena Korosi
Perbaikan struktur yang sudah korosif memerlukan biaya, baik biaya assesment maupun biaya perbaikan, yang cukup mahal. Untuk itu penting kiranya bagi pemilik atau petugas perawatan gedung mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya korosi dalam tulangan beton.
Berikut ini adalah beberapa hal yang diperlukan dalam mencegah kerusakan beton dan jika sudah terjadi korosi, bagaimana cara mengatasinya:
Penyebab Korosi
Penyebab korosi baja tulangan diantaranya adalah:
1. Karbonasi
Karbondioksida dalam udara bereaksi dengan kalsiumdioksida melalui pori-pori beton
Senyawa dengan basa kuat PH 11 sd 12 terurai menjadi basa PH kurang dari 9
Tulangan yang sebelumnya terlindungi oleh alkalinitas beton (basa) menjadi tidak terlindungi lagi. Dalam kasus ini laju korosi tulangan baja mengikuti pasivasi alkalitinas beton karena pengaruh karbonasi secara alami dari udara.
2. Terkena Aliran Arus Listrik
Logam dengan potensial arus listrik yang berbeda terhubung satu sama lain dalam beton yang menyebabkan terjadinya korosi. Korosi bisa juga disebabkan oleh kebocoran arus listrik dari power supply atau jaringan bertransmisi di sekitar beton.
Chlorida mempercepat laju korosi. Konsentrasi Chlorida diatas 0.2-0.4 % di dalam beton akan menyebabkan rusaknya lapisan pelindung pasif terhadap oksidasi permukaan tulangan. Umumnya chloride ini dihasilkan dari paparan air laut.
Pencegahan Korosi Pada Beton Bertulang
Cara-cara yang dapat mencegah korosi:
1) Pemakaian bahan-bahan yang bermutu baik. Menggunakan Semen PC Type V untuk daerah dengan potensi serangan senyawa korosif tinggi
2) Mempertebal selimut beton
4) Penambahan dimensi struktur
5) Cara pemampatan beton yang tepat
Salah satu upaya mencegah korosi adalah mengusahakan beton yang padat dan homogen. Diperlukan kesesuaian kadar air semen dan cara pemampatannya. Koefisien kemampatan beton untuk berbagai kondisi nilai slump harus mengikuti ketentuan berikut [2] :
Tabel Koefisien kemampatan beton untuk berbagai kondisi nilai slump
6) Perlindungan permukaan (Coatings). Cara ini biasanya bersifat sementara, karena bila perlindungannya cacat atau rusak proses korosi akan berjalan lagi. Sehingga harus dilakukan coating ulang secara periodik.
7) Pemberian proteksi katodik untuk mempertahankan kondisi pasif dengan cara inhibition, yaitu membalikkan arah arus korosi, sehingga menghalangi proses korosi. Untuk Coatnya biasa digunakan prinsip-prinsip deret volta dimana proses korosi dicegah dengan cara mempertahankan logam yang dilindungi sebagai katoda dan logam lain yang terkorosi sebagai Anoda.
Perbaikan Akibat Korosi Pada Beton Bertulang
Cara mengatasi Kerusakan beton karena korosi pada tulangannya:
Untuk tingkat kerusakan struktur dan hasil analisis potensi korosi rendah, lakukan injection dengen material cement base untuk menutup kontak dengan udara luar. Proteksi tambahan bisa dilakukan dengan menggunakan proteksi katodik dan coating
Untuk tingkat kerusakan struktur dan hasil analisis potensi korosi tinggi dan suah terlihat kerusakan akibat korosi secara visual, maka langkah yang harus dilakukan adalah dengan melakukan chiping pada beton yang sudah terkarbonasi atau terpapar senyawa korosif sampai beton yang belum terkarbonasi.
Ganti kehilangan luasan yang terkorosi berdasarkan hasil analisis korosi dengan tulangan baru. Lakukan injeksi dengan material cement base pada retak-retak yang tersisa yang bisa saja terjadi pada saat chiping beton yang rusak.
Lakukan grouting dengan material beton low shrinkage. Proteksi tambahan bisa dilakukan dengan menggunakan proteksi katodik dan coating.
[2] Hartono,Widi. 2001. Merancang Campuran Beton Ringan Struktural Agregat Kasar ALWA Menurut Metode Dreux-Corrise. Gema Teknik Volume I/Tahun IV. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Untuk kebutuhan analisa atau Uji Karbonasi, anda bisa menghubungi :
Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah :
suatu analisis nonlinier statik, yang dalam analisisnya pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban statik pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan sehingga menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur bangunan gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai target peralihan yang diharapkan atau sampai mencapai kondisi plastik [1].
Metode analisis pushover merupakan salah satu komponen performance based design yang menjadi sarana untuk mengetahui kapasitas suatu struktur [2], dari hasil analisis, dapat digambarkan hubungan antara base shear dan roof displacement, hubungan tersebut kemudian dipetakan sebagai kurva kapasitas struktur.
Selain itu, analisis pushover juga dapat memperlihatkan secara visual perilaku struktur pada saat kondisi elastis, plastis dan sampai terjadinya keruntuhan pada elemen-elemen strukturnya. Informasi tersebut berguna dalam menggambarkan respons inelastis bangunan ketika mengalami gempa.
Analisis struktur gedung 16 lantai berikut ini mengilustrasikan pushover analysis.
Gambar 1 -4 tentang Pushover Analysis
Gambar 1 menunjukkan model struktur 16 lantai. Struktur ini dibebani gaya push over pada arah-x dan arah-y.
Pada gambar 2, terlihat telah terbentuk sendi plastis berwarna merah jambu (pelelehan pertama) pada balok lantai 10, ketika struktur dibebani gaya dorong pada arah-x sebesar 357966 kg.
Seiring ditingkatkannya gaya dorong terbentuklah sendi-sendip plastis lainnya pada balok yang mulai ada yang berwarna biru (mulai tampak kerusakan struktur ringan pada balok) seperti yang ditunjukkan pada gambar 3, di mana beban yang bekerja adalah = 602576 kg, yang mengakibatkan lendutan pada arah x =0.2199 m.
Pada Gambar 4 terlihat sendi plastis berwarna biru semakin banyak terjadi pada balok dan terlihat mulai terjadi pelelehan pertama pada kolom lantai dasar, gaya yang bekerja pada step ini adalah 704000 kg dan lendutan yang terjadi = 0.3099 m.
Gambar 2 sampai dengan gambar 6 menunjukkan visualisasi perilaku struktur dan terbentuknya sendi-sendi plastis pada posisi-posisi struktur akibat dibebani beban tertentu pada pusat masa dimana besarnya beban tersebut ditingkatkan secara berangsur-angsur.
Gambar 5-7 tentang Pushover Analysis
Dengan penambahan beban sampai 871050 kg struktur sudah diambang keruntuhan ditandai dengan terbentuknya sendi plastis berwarna kuning di kolom lantai dasar seperti ditunjukkan pada gambar 5. Dengan penambahan beban sedikit saja struktur akan mengalami keruntuhan seperti pada gambar 6. Gambar 7 menunjukkan hubungan simpangan arah-X dan Base Reaction.
Warna yang ditunjukkan oleh sendi plastis menunjukkan tingkat kelelehan yang terjadi seperti digambarkan pada gambar 5. Berdasarkan filosofi desain yang ada, tingkat kinerja struktur bangunan akibat gempa rencana adalah Life Safety, yaitu walaupun struktur bangunan mengalami tingkat kerusakan yang cukup parah namun keselamatan penghuni tetap terjaga karena struktur bangunan tidak sampai runtuh.
Pada grafik diatas respon linier dimulai dari titik A (unloaded component) dan kelelehan mulai terjadi pada titik B. Respon dari titik B ke titik C merupakan respon elastis plastis.
Titik C merupakan titik yang menunjukkan puncak kekuatan komponen, dan nilai absisnya yang merupakan deformasi menunjukkan dimulainya degradasi kekuatan struktur (garis C-D).
Pada titik D, respon komponen struktur secara substansial menghadapi pengurangan kekuatan menuju titik E. Untuk deformasi yang lebih besar dari titik E, kekuatan komponen struktur menjadi nol [3].
Tipikal kurva tersebut seperti ditunjukkan pada gambar 8 berikut:
Gambar 8 Tahapan Kerusakan Struktur Berdasarkan Terbentuknya Sendi Plastis.
Keterangan gambar 8:
A = Awal Pembebanan, belum ada sendi plastis
B = Batas linier yg diikuti pelelehan pertama pada struktur
IO = Immediate Occupancy, terjadi kerusakan ringan struktur
LS = Life Safety, terjadi kerusakan sedang pada struktur, namun belum berpotensi runtuh
CP = Collapse Prevention, kerusakan berat pada struktur yang berpotensi runtuh
C = Batas maksimum gaya geser yang masih mampu ditahan
D = Terjadi degradasi kekuatan struktur
E = Runtuh
Kurva kapasitas hasil dari analisis push over (gambar 8) menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar (base shear) dan perpindahan atap akibat beban lateral yang diberikan pada struktur dengan pola pembebanan tertentu sampai pada kondisi ultimit atau target peralihan yang diharapkan. Dengan mengetahui perilaku struktur dari mulai masih dalam batas elastis sampai dengan keruntuhannya, maka kita dapat merencanakan dan mensimulasikan pola keruntuhan yang diharapkan, yang mampu meminimalisir jumlah korban pada saat terjadinya gempa.
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp
Kerusakan Struktur Beton AKIBAT Kelebihan beban (overloading) pada elemen struktur bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
Kecelakaan
Kesengajaan (misalnya karena perubahan fungsi ruang atau menambahkan beban melebihi batas yang ditentukan)
Kesasalahan dalam perencanaan
Kesalahan selama masa konstruksi (misalnya meletakan material konstruksi berlebihan yang membebani elemen struktur, perancah yang dipasang kurang atau bisa juga karena terlalu cepat melepas bekisting.
Dengan mengetahui tipikal pola retaknya, maka dapat merencanakan perbaikannya dengan tepat. Gambar-gambar berikut mengilustrasikan tipikal kerusakan beton pada elemen pelat, balok dan kolom akibat overloading.
Pola kerusakan pada pelat satu arah akibat overloading
Pola kerusakan pada pelat dua arah akibat overloading
Pola kerusakan geser pada balok akibat overloading
Pola Kerusakan Lentur Pada Balok Akibat Overloading
Pola kerusakan geser pada kolom akibat overloading
Pola kerusakan tekan pada kolom akibat overloading
Pola kerusakan tekuk/ bukling pada kolom akibat overloading
Solusi untuk kasus overloading alternatifnya adalah dengan pembatasan beban atau dengan perkuatan struktur. Sekalipun yang dipilih adalah dengan pembatasan beban, namun proses perbaikan pengembalian kondisi struktur tetap harus dilakukan.
Jika kerusakan yang terjadi masih ringan, baru timbul retak-retak seperti pola pada gambar-gambar diatas, perbaikannya dengan melakukan injeksi pada bagian-bagian yang retak. Dan dilakukan analisis struktur apakah beban yang bekerja masih mampu ditahan elemen struktur tersebut, jika tidak maka perkuatan dapat dilakukan dengan menambahkan fiber carbon untuk mengganti tulangan yang kurang baik tulangan utama, maupun tulangan geser.
Kelebihan metode ini adalah waktu pemasangan yang cepat, dengan biayanya relatif mahal. Namun perbaikan dengan fiber carbon tidak dapat diterapkan pada elemen struktur yang kekakuannya kurang, misalkan balok dan pelat yang mengalami lendutan berlebih atau pada kolom dengan pola kerusakan tekuk/ bukling.
Perbaikan bisa juga dengan metode konvesional dengan melakukan penebalan pada elemen struktur dan memberinya tulangan tambahan. Kelebihan metode ini adalah selain menambah kekuatan struktur, juga menambah kekakuan struktur. Kelemahannya adalah pengerjaannya lebih sulit dan waktu yang relatif lebih lama.
Injeksi untuk perbaikan keretakan beton
Perkuatan dengan fiber carbon
Perkuatan dengan pembesaran elemen struktur/ Jacketing
Tentunya penentuan detail perbaikan harus terlebih dahulu melalui proses analisis struktur, sehingga penanganan kerusakan dapat dilakukan dengan tepat.
Untuk kebutuhan analisa dan desain struktur, anda bisa menghubungi :
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines :0812 9144 2210 atau 0811 888 9409
or follow this link : Link Whatsapp
Menggunakan software analisis dan desain rekayasa struktur yang tidak resmi alias bajakan dapat menimbulkan dampak yang cukup serius. Tidak hanya berpotensi mendapatkan tuntutan hukum dari pihak pembuat atau yang memiliki hak karya cipta tersebut namun memiliki implikasi yang cukup serius terhadap substansi hasil analisa yang telah dilakukan.
Salah satu resikonya, dan ini menurut kami berakibat sangat fatal, adalah adanya Salah Perhitungan!. Hal ini dapat berakibat output hitungan software yang Tidak Akurat. Ini sangat berbahaya jika hasilnya under design, dan akan merugikan pengguna jasa jika hasilnya overdesign. Menurut pernyataan resmi beberapa supplier software engineering, software bajakan memberikan hasil kalkulasi yang berbeda dengan software original, dan ini sangat berbahaya jika kesalahan ini dilanjutkan kedalam tahap konstruksi.
Jadi penting untuk para pengguna jasa, untuk memastikan bahwa konsultan engineeringnya menggunakan software berlicense bukan abal-abal.
Maka, untuk pengguna jasa desain dan analisis struktur, pastikanlah terlebih dulu apakah konsultan engineering yang akan dipakai jasa kerjanya menggunakan perangkat lunak yang telah memiliki lisensi resmi dari pembuat dan pemegang hak karya cipta tersebut. OT. HESA menggunakan software yg berLICENSE seperti SAP2000 dan MIDASGEN untuk Superstructure dan MIDAS SOILWORK untuk Substructure, sehingga outputnya dapat dipertanggungjawabkan
Untuk kebutuhan analisa dan desain struktur dengan software berlisensi, bisa menghubungi :
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp
Untuk memastikan integritas sambungan las pada struktur baja perlu dilakukan UltrasonicTesting.
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah Ultrasonic Flaw Detector NOVOTEST UD2301 (Mini) dengan metode flaw detector menggunakan Probe 60⁰ pada frekuensi 2 Mhz.
Perkiraan posisi indikasi pada welding dapat diperoleh dengan mencari pantulan dari gelombang ultrasonik dari probe yang terjadi diantara leg, kemudian probe digeserkan kearah sumbu y untuk menentukan panjang dari indikasi tersebut. Pantulan gelombang ultrasonik diantara leg tersebut dapat terlihat pada layar instrumen Ultrasonik Testing dimana juga menampilkan nilai Sound Path (Sp) yang digunakan untuk mencari kedalaman dari indikasi. Untuk menentukan kedalaman dari indikasi, dibutuhkan beberapa data diantaranya tebal benda uji, nilai Sound Path maksimal pada 1 leg, nilai Sound Path indikasi (Sp) dan juga probe sudut yang digunakan.
Untuk menghitung panjang nilai Sound Path Maksimal pada 1 Leg dengan probe sudut 60⁰ dan kedalaman tertentu digunakan perumusan:
Leg =sin30° x thickness
Pengujian kali ini dilakukan diantara Leg 1 dan Leg 2 dikarenakan jarak Leg 1 terlalu dekat welding. Sehingga pengukuran yang digunakan untuk pengecekan kedalaman dihitung menggunakan rumus:
d=(Leg-(Sp-Leg)) x Sin (30°)
Untuk kebutuhan Pengujian bangunan, tower, dermaga, jalan, anda bisa menghubungi kami melalui:
Komplek Rukan Mutiara Faza RB 1
Jl. Condet Raya No. 27, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia
Email: kontak@hesa.co.id
Telp: (021) 8404531
Whatsapp Bussines : 0813 828 271 82 or click this Link : Whatsapp